Karakteristik Ruang Kampung Melayu di Pontianak
Studi Kawasan Pemukiman di Kelurahan Bangka Belitung Laut
Abstract
Abstrak_ Pemanfaatan organisasi ruang di kampung Melayu khususnya permukiman kampung Bangka Belitung kota Pontianak secara tidak langsung menciptakan ruang di daerah yang dijadikan permukiman. Latar belakang terbentuknya kampung Bangka Belitung adalah bentuk perpindahan dari suatu tempat, diakui bahwa daerah tersebut menjadi miliknya, dilanjutkan dengan aktivitas kegiatan sehari-hari dan pandangan orang lain terhadap daerah tersebut. Orang memilih tempat bermukim sesuai dengan kebutuhan hidupnya, seperti masyarakat kampung Bangka Belitung memilih bermukim di pinggiran sungai Kapuas guna memanfaatkan ragam fungsi dari sungai yang kerap dijadikan ciri khas dari Bangsa Melayu. Kebersamaan masyarakat yang bersosialisasi pada suatu tempat membuat ruang-ruang sebagai wadah dalam menunjang kebutuhan mereka. Hal inilah yang menjadi pembentukan karakter pada suatu kawasan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter ruang yang dibentuk pada kampung Bangka Belitung kota Pontianak. Setiap data yang diperoleh menggunakan metode literatur dan penggalian informasi di internet. Selain itu, melakukan observasi pada kawasan untuk mengambil gambar sebagai kebutuhan dalam menganalisa terkait karakter ruang permukiman daerah tersebut. Kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam memaparkan, menjelaskan serta menjawab permasalahan dari suatu penelitian. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa Kampung Bangka Belitung memiliki teritori/batas yang baik secara administrasi maupun dari interaksi karakter, bentuk ruang yang beragam, serta berorientasi pada jalan dan sungai.
Kata kunci: Ruang Permukiman; Batas Administrasi; Karakteristik Ruang
Abstract_ The use of spatial organization in Malay villages, especially the Bangka Belitung village settlements in Pontianak city, indirectly creates space in areas that are used as settlements. The background to the formation of the Bangka Belitung village is a form of moving from a place, recognizing that the area belongs to it, followed by daily activities and other people's views on the area. People choose a place to live according to their living needs, such as the people of Bangka Belitung village who choose to live on the banks of the Kapuas river to take advantage of the various functions of the river which is often used as a characteristic of the Malay nation. The togetherness of people who socialize in one place makes spaces a place to support their needs. This is what forms the character of a residential area. This research aims to determine the character of the space formed in Bangka Belitung village, Pontianak city. Any data obtained uses literature methods and information mining on the internet. Apart from that, observing the area to take pictures is a necessity in analyzing the character of the area's residential space. Then it is processed using qualitative descriptive methods to describe, explain and answer the problems of a research. From the research results, it was found that Bangka Belitung Village has good territory/boundaries administratively and in terms of character interactions, diverse spatial forms, and is oriented towards roads and rivers.
Keywords: Settlement Space; Administrative boundaries; Space Characteristic
Downloads
References
Bintarto, R., (1977). Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta: Spring.
Burhanuddin. 2010. Karakteristik Teritorialitas Ruang pada Permukiman Padat di Perkotaan. Jurnal Ruang Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, 2 (1): 40.
Creswell, J.W. (2017). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daldjoeni. N., (1996). Geografi Kota dan Desa. Salatiga: percetakan Alumni
Hidayat, H. (2014). Konteks Ekologi Kota Tepian Sungai dalam Perspektif Lokalitas Bahan Bangunan. Membangun Karakter Kota Berbasis Lokalitas. Architecture Event 2014
Indeswari, A., Antariksa, Pangarsa, G. W., & Wulandari, L. D. (2013). Dinamika dalam Pemanfaatan Ruang Bersama pada Permukiman Madura Medalungan di Baran Randugading Malang. Arskon, Jurnal Arsitektur dan Konstruksi, 2(1): 1- 19.
Khaliesh, H., Widiastuti, I., & Budi, B. S. (2012). Karakteristik Permukiman Tepian Sungai Kampung Beting Di Pontianak “Dari rumah Lanting Ke Rumah Tiang”. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB : 3-11-2012, 69-72
https://doi.org/10.32502/arsir.v6i1.4012
Mentayani, I. & Ikaputra. (2012). Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur, dan Aspek-Aspek Vernakularitas, Jurnal Arsitektur Lanting, 1(2), 68-82.
Mentayani, I. (2019). Identitas dan Eksitensi Permukiman Tepi Sungai di Banjarmasin. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, Universitas Lambung. https://doi.org/10.26905/lw.v9i1.1865
Nurjaman, L., & Hendrakusumah, E. (2023). Identifikasi Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Publik Pusat Kota Sukabumi. Jurnal Riset Perencanaan Wilayah Dan Kota, 139–150. https://doi.org/10.29313/jrpwk.v3i2.2751
Rapoport, Amos., (1977). Human Aspects of Urban Form: Towards a ManEnvironment Approach to Urban Form and Design. University of Wisconsin. Milwaukee
Saleh MI., (1983). Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad IX. Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan Depdikbud. Banjarmasin 1983/1984
Samra, B., & Imbardi. (2018). Makna Kearifan Lokal Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Bengkalis Negeri Junjungan. Jurnal Pustaka Budaya, 6(1), 1-6
Sari, I.K. (2013). Perubahan Arsitektur Permukiman Kampung Beting Kota Pontianak. Tesis pada Program Studi Pascasarjana Arsitektur Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
http://dx.doi.org/10.26418/lantang.v1i1.18809
Sofian D.A., 2015. Adaptasi Teritorialitas pada Permukiman Horizontal ke dalam Permukiman Vertikal. Jurnal Temu Ilmiah IPLBI 2015. https://doi.org/10.26618/j-linears.v1i1.1319
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT. Alfabet.
Suprijanto, I. (2002). Rumah Tradisional Osing: Konsep Ruang dan Bentuk. Dimensi Teknik Arsitektur, 30(1). 10-20. https://doi.org/10.9744/dimensi.30.1.%25p
Tamiya M., Saada K, Dewi, et.al. 2015. Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah, Studi Kasus : Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung. Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Prociding Temu Ilmiah IPLBI 2015, C 096: 6. https://doi.org/10.26618/j-linears.v1i1.1319
Titisari, E.Y., (2012). Meaning of Alley as Communal Space in Kampung Kidul Dalem Malang. Journal of Basic and Applied Scientific Research 2(10)10087-10094. https://doi.org/10.20961/region.v16i2.47859
Wardhana, M., (2011). Terbentuknya Ruang Bersama oleh Lansia Berdasarkan Interaksi Sosial dan Pola Penggunaannya. Disertasi Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Zain, Z., Aqsa, A., & Sunandi, R., (2022). Budaya Bermukim Orang Melayu di Kota Pontianak Terhadap Pemanfaatan Rumah di Bantaran Sungai Kapuas. Jurnal Arsir, 6 (1). Universitas Muhammadiyah Palembang. https://doi.org/10.32502/arsir.v6i1.4012
Zain, Z., & Dewi, Z. P. C. (2023). Identifikasi Karakteristik dan Formasi Kampung Melayu di Kota Pontianak. NALARs, 23(1), 17. https://doi.org/10.24853/nalars.23.1.17-28
Copyright (c) 2024 Zairin Zain, Jefri Bagaskara
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
By submitting your manuscript to our journal, you are following Copyright and License