Desain dan Orientasi Arah Hadap Rumah Tradisional Malind Anim dalam Konteks Perubahan Iklim
Abstract
Abstrak_ Perubahan iklim telah memberikan tekanan signifikan pada keberlanjutan arsitektur tradisional, termasuk rumah tradisional Malind Anim di Merauke, Papua Selatan. Rumah-rumah ini, yang secara historis dirancang untuk menyesuaikan dengan iklim lokal, kini menghadapi tantangan baru akibat perubahan suhu, curah hujan, dan cuaca ekstrim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis desain dan orientasi rumah tradisional Malind Anim di Kampung Wambi, Kampung Waan, dan Kampung Toray dalam menghadapi perubahan iklim. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa desain rumah tradisional Malind Anim yang mengadopsi orientasi arah hadap tertentu memiliki kemampuan untuk mengurangi dampak suhu tinggi dan memperbaiki sirkulasi udara, sehingga memberikan kenyamanan termal yang lebih baik bagi penghuninya. Elemen-elemen desain seperti penggunaan material lokal yang ramah lingkungan, ventilasi silang yang efektif, dan atap yang dirancang untuk mengurangi panas secara signifikan berkontribusi pada adaptasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa praktik kearifan lokal yang diterapkan dalam pembangunan rumah-rumah ini dapat menjadi model bagi daerah lain yang memiliki tantangan iklim serupa.
Kata kunci: Desain dan Orientasi; Rumah Tradisional; Aha; Malind Anim; Perubahan Iklim
Abstract_ Climate change has placed significant pressure on the sustainability of traditional architecture, including the traditional Malind Anim houses in Merauke, South Papua. These houses, historically designed to adapt to the local climate, now face new challenges due to changes in temperature, rainfall, and extreme weather. This study aims to analyze the design and orientation of traditional Malind Anim houses in Kampung Wambi, Kampung Waan, and Kampung Toray in facing climate change. The method used is descriptive qualitative, with data collection techniques through direct observation and literature studies. This study found that the design of traditional Malind Anim houses that adopt certain orientations has the ability to reduce the impact of high temperatures and improve air circulation, thereby providing better thermal comfort for its inhabitants. Design elements such as the use of environmentally friendly local materials, effective cross-ventilation, and roofs designed to reduce heat significantly contribute to climate change adaptation. Additionally, this study also identifies that the local wisdom practices applied in the construction of these houses can serve as models for other regions facing similar climate challenges.
Keywords: Design and Orientation; Traditional House; Aha; Malind Anim; Climate Change
Downloads
References
Alamsyah B. (2005). Arsitektur Nusantara antara Wacana dan Realita dalam Kehidupan Arsitektur di Indonesia. Makalah Prosiding International Symposium “Architecture, Development and Urbanization in Nusantara”, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.
Altman, I., & Chemers, M. M. (1984). Culture and Environment. Monterey: Brooks/Cole Pub. Co.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. (2024). Proyeksi Perubahan Curah Hujan. https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=proyeksi-perubahan-curah-hujan.
Braun, V., & Clarke, V. (2019). Reflecting on reflexive thematic analysis. Qualitative Research in Sport, Exercise and Health, 11(4), 589-597.
BPS Kabupaten Merauke. (2024). Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2024.
Ching, Francis D.K. (1999). Arsitektur Bentuk Ruang dan Susunannya. Erlangga: Jakarta.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. SAGE.
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience sampling and purposive sampling. American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), 1-4.
Fauziah, Nur. (2014). Karakteristik Arsitektur Tradisional Papua. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014.
Fatubun, Wensislaus. (2020). Persepsi Ruang Dari Suku Bangsa Malind Anim Dan Suku Bangsa Dayak Ngaju. http://jpickalimantan.org/berita-persepsi-ruang-dari-suku-bangsa-malind-anim-dan-suku-bangsa-dayak-ngaju.html
Harrouni, K., Kharmich, H. and Karibi, K. (2024). Traditional Earth Architecture as a Tool for Sustainability and Adaptation to Climate Change of Heat and Cold Extremes. Materials Research Proceedings, 40.
Hartono, D. (2023). Perubahan Iklim Dan Dampaknya Pada Indonesia. Jurnal Mirai Management, 8(2). Pp.170-183.
Hasan, M.I., Aminuddin, A.M.R. and Mohidin, H.H.B. (2022). Locality of Building Orientation in Traditional Indonesian Architecture: A Systematic Literature Review. Journal of Design and Built Environment, 22(3), pp.60-68.
Kleemann, J., Baysal, G., Bulley, H. N. N., & Fürst, C. (2020). Assessing driving forces of land use and land cover change by a mixed-method approach in north-eastern Ghana, West Africa. Journal of Environmental Management, 265, 110583.
Kvale, S., & Brinkmann, S. (2015). InterViews: Learning the Craft of Qualitative Research Interviewing. SAGE.
Manurung, P. (2014). Arsitektur Berkelanjutan, Belajar Dari Kearifan Arsitektur Nusantara. Simp. Nas. RAPI XIII-2014 FT UMS. pp A-75–A-81.
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook (3rd ed.). SAGE Publications.
Muntaza. (2013). Satu Abad Perubahan Sakralitas Alam Malind-Anim. Sosiologi Reflektif, Volume 8, No. 1, Oktober 2013.
Oliver, P. (2014). Built to Meet Needs: Cultural Issues in Vernacular Architecture. London: Routledge.
Overweel, Jeroen A. 1992. “Suku Marind Dalam Alam dan Lingkungannya Yang Berubah”. (terjemahan). Yapsel: Irian Jaya, Indonesia.
Prianto, Eddy., F. Bonneaud, P. Depecker and J-P. Peneau. (2000). Tropical-humid architecture in natural ventilation efficient point of view-a reference of traditional architecture in Indonesia. International Journal on Architectural Science, Volume 1, Number 2, p.80-95.
Prianto, Eddy. (2002). Alternatif disain arsitektur daerah tropis lembab dengan pendekatan kenyamanan thermal. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 85 – 94.
Rapoport, Amos, (1969), House Form and Culture. London: Prentice-Hall.
Rapoport, Amos. (2006). Vernacular Architecture and the Cultural Determinants of Form. In Built Environment.
Samad, S., Rahim, M. R., Lopa, R. T., and Wikantari, R. (2017). Pemodelan Material Dinding Ringan dari Tangkai Daun Rumbia (Gaba-Gaba). Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017. Pp.281-298 http://registrasi.seminar.uir.ac.id/prosiding/sem_nas17/file/33_Armada%20dan%20Ananda,.pdf
Samkakai, Frumensius Obe. (2009). Malind Anim Dahulu, Sekarang, dan Masa Datang, Makalah Konggres Pemuda Marind Anim, di Yalmasu, Merauke.
Santamouris, M. (2016). Cooling the buildings – Past, present and future. Energy and Buildings, 128, 617–638.
Soemalyo, Yulianto. (2001). Arsitektur Tradisional/Primitif, diktat mata kuliah Perkembangan Arsitektur 1. Makassar: Laboratorium Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Soedigdo, Harysakti A., Usop TB. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal pada Arsitektur Nusantara. Jurnal Perspektif Arsitektur, Volume 9 / No.1, Juli 2014, hal. 37-47.
Soedhijanto, P., Elaine, G., Hillary, A., Amadeo, L., Hariyanti, A.D. (2023). The Climate Impact Towards Form Materials and Construction of Papua Vernacular Houses. Jurnal Lakar, Vol. 06 No. 02 p. 175-188. DOI: 10.30998/lja.v6i2.16615
Sudarmadji, S. (2014). Analisa Sisi Positif Dan Negatif Pemilihan Bentuk Atap Berpenutup Genteng Untuk Rumah Tinggal. PILAR Jurnal Teknik Sipil, 10(1).
Yin, R. K. (2018). Case Study Research and Applications: Design and Methods. SAGE.
Copyright (c) 2024 Henry Soleman Raubaba, Eddy Prianto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
By submitting your manuscript to our journal, you are following Copyright and License