https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/issue/feedNature: National Academic Journal of Architecture2024-12-17T01:08:02+00:00Marwati[email protected]Open Journal Systems<p align="justify"><em>NATURE: National Academic Journal of Architecture</em> (P-ISSN: <strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1350276176">2302-6073</a></strong>, E-ISSN:<strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1487924955">2579-4809</a></strong>) is a scientific publication for research and criticism topics spread widely in the study of architectural design. Papers received by this journal will be reviewed by several architect review teams from several universities. NATURE publishes articles that include textual studies and field studies in various perspectives on architectural design. NATURE was published first in 2012 but has been periodically published in the printed version since 2014 under the famous name Nurture Nature, which later changed back into Nature in 2015. The electronic version was published in 2016 until now. This journal was published twice, namely in June and December. Nature is managed by a journal management team under the auspices of the Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin Islamic University of Makassar. </p> <p> </p>https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/42072Evaluasi Fungsional dan Kenyamanan Ruang Toilet dan Tempat Wudhu Masjid Kampus di Kota Pontianak2024-12-02T03:31:15+00:00Muhammad Nurhamsyah[email protected]M. Ridha Alhamdani[email protected]Syaiful Miazir[email protected]Lestari[email protected]O'i Prasesti[email protected]<p><strong>Abstrak_ </strong>Masjid Kampus merupakan sarana fasilitas ibadah bagi umat Islam, yang menampung segala macam kegiatan ibadah di lingkungan kampus. Secara umum Masjid dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan ibadah, kegiatan keagamaan seperti tablig akbar, pengajian, ceramah, tempat singgah bagi musafir dan lain-lain. Keberadaan Masjid Kampus tidak terlepas dari fasilitas pendukungnya untuk kemudahan dan keberlangsungan jama’ah dalam beribadah, salah satunya adalah fasilitas ruang toilet dan area tempat wudhu. Kedua fasilitas ini selalu dijaga agar tetap bersih dan nyaman, agar memudahkan bagi jama’ah dalam bersuci dan membersihkan diri sebelum melakukan ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aspek fungsional dan aspek perilaku penggunaan pada fasilitas ruang toilet dan tempat wudhu, serta dapat memberikan rekomendasi hasil evaluasi dan solusi desain ruang toilet dan tempat wudhu yang sehat, nyaman, dan sesuai syari’at islami. Penelitian ini dilakukan pada 3 objek fasilitas ruang toilet dan tempat wudhu di Masjid Kampus Al Muhtadin UNTAN, Masjid Al Hadid POLNEP, dan Masjid Al Baroqah IKIP Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah Evaluasi Purna Huni (EPH) dengan tingkatan investigatif, dilakukan dengan cara observasi pengumpulan data lapangan, pengamatan perilaku dengan cara place centre map, penyebaran kuisioner secara random sampling. Kemudian data diolah menggunakan analisis kualitatif dengan mendeskripsikan hasil kuesioner yang telah diperoleh. Hasil dari penelitian menunjukkan dari evaluasi fungsional terdapat dimensi ruang toilet yang tidak standar, akses sirkulasi dari toilet dan tempat wudhu yang menyatu. Kenyamanan dari aspek perilaku berdasarkan pengamatan, terdapat kecenderungan pengguna untuk memilih akses yang lebih dekat jaraknya antara ruang toilet dan tempat wudhu. Berdasarkan responden tingkat kenyamanan, kemudahan, dan kemanan juga berfokus pada elemen fisik yang mendukung, zona antar ruang toilet dan tempat wudhu yang nyaman dan aman untuk diakses, serta pergerakan antar pengguna yang fleksibel. Matrik simpulan hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk memberikan solusi dan rekomendasi tata ruang toilet dan tempat wudhu yang representatif dengan memperhatikan aspek syari’ah dan laik fungsi.</p> <p><strong> </strong><strong>Kata kunci: </strong>Evaluasi Fungsional; Evaluasi Perilaku; Masjid Kampus; Ruang Toilet; Tempat Wudhu</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong><em>Abstract_ </em></strong><em>The Campus Mosque is a worship facility for Muslims, which accommodates all kinds of worship activities in the campus environment. In general, the mosque is used as a place to worship, for religious activities such as grand tabling, recitation, and lectures, and a place to stop for travelers and others. The existence of the Campus Mosque is inseparable from its supporting facilities for the convenience and continuity of the congregation in worship, one of which is the toilet room facility and the ablution area. These two facilities are always kept clean and comfortable, making it easier for the congregation to wash and clean themselves before worship. This study aims to evaluate the functional and behavioral aspects of using toilet room facilities and ablution places. It can provide recommendations for evaluation results and design solutions for toilet rooms and ablution places that are healthy and comfortable according to Islamic law. This research was conducted on three objects: toilet room facilities and ablution places at the Al Muhtadin UNTAN Campus Mosque, Al Hadid POLNEP Mosque, and Al Baroqah IKIP Pontianak Mosque. The research method used is Post Occupancy Evaluation (POE) with an investigative level, carried out by observing field data collection, observing behavior by means of a place center map, and distributing questionnaires by random sampling. Then, the data is processed using qualitative analysis by describing the results of the questionnaire that was obtained. The results of the study show that from the functional evaluation, there are non-standard dimensions of the toilet room, access to circulation from the toilet, and integrated ablution place. Comfort from the behavioral aspect based on observation, there is a tendency for users to choose access that is closer to the toilet room and the place of ablution. Based on respondents, the level of comfort, convenience, and security also focuses on supporting physical elements, zones between toilet rooms and ablutions that are comfortable and safe to access, and flexible movement between users. The conclusion matrix of the evaluation results is used as the basis for providing solutions and recommendations for the spatial layout of toilets and ablution places that are representative by taking into account aspects of shariah and function feasibility.</em></p> <p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Functional Evaluation; Behavioral Evaluation; Campus Mosque; Toilet Room; Ablution Place</em></p> <p><strong> </strong></p>2024-12-01T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Muhammad Nurhamsyah, M. Ridha Alhamdani, Syaiful Miazir, Lestari, O'i Prasestihttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/50937Studi Kebutuhan Fasilitas Ruang Sentra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Skala Kecil Berbasis Aktivitas Online2024-12-02T03:23:59+00:00Ghulandito Wijanarko[email protected]Agung Dwiyanto[email protected]<p><strong>Abstrak_</strong> Perkembangan teknologi yang masif saat ini memberikan dampak pada setiap aspek kehidupan saat ini. Penggunaan teknologi juga memberikan dampak yang besar bagi dunia bisnis. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya model bisnis baru seperti e-Commerce. Dengan munculnya e-Commerce di Indonesia, memberikan kesempatan bagi para pelaku UMKM untuk berkembang dan mengubah cara berbisnisnya dengan cara berjualan secara daring. Meskipun pemasaran telah dilakukan secara daring, para pelaku menyatakan bahwa mereka masih memerlukan infrastruktur yang dapat menunjang kegiatan bisnis mereka. Hal ini yang menciptakan sebuah ide perancangan sentra UMKM yang berfokus pada kegiatan bisnis para pelaku UMKM daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan fasilitas yang dibutuhkan oleh para pelaku UMKM daring. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan mengumpulkan data kuesioner dan studi literatur kemudian melakukan analisis dari data-data tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pelaku UMKM daring memerlukan akses ke fasilitas ruang pemasaran daring dengan minimal sebesar 29m<sup>2</sup>, ruang penyimpanan dengan minimal sebesar 26m<sup>2</sup> dan perbankan untuk menunjang tujuan bisnisnya.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Sentra UMKM; Bangunan Komersial; Pemasaran Digital</p> <p> </p> <p><strong>Abstract</strong>_ <em>Today's massive technological developments have an impact on every aspect of life. The use of technology also has a significant outcome on the business world. The emergence of new business models, such as e-Commerce, illustrates this new business phenomenon. The emergence of e-Commerce in Indonesia provides opportunities for MSMEs to develop and transform their business models into online sales. Despite conducting online marketing, MSMEs have indicated the necessity of infrastructure to facilitate their business activities. This phenomenon created an idea for designing an MSME center that focuses on the business activities of online MSME players. This paper aims to determine the facility needs required by online MSMEs. The research method used is quantitative by collecting data from questionnaire and literature studies and then analyzing these data. This paper reveals that online MSMEs need access to, online marketing space with minimum of 29m<sup>2</sup>, online warehouse facilities with minimum of 26m<sup>2</sup>, and banking services to support their business goals. </em></p> <p><strong>Keywords:</strong> <em>MSME Center; Commercial Building; Digital Marketing</em></p>2024-12-02T02:31:19+00:00Copyright (c) 2024 Ghulandito Wijanarko, Agung Dwiyantohttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/51674Kenyamanan Termal pada Bangunan Berventilasi Alami di Iklim Tropis2024-12-06T05:51:56+00:00Muhammad Iqbal[email protected]Atthaillah Atthaillah[email protected]Adi Safyan[email protected]Lena Indriani[email protected]Aura Mutiara Sina[email protected]<p><strong>Abstrak_</strong> Konsumsi energi pada bangunan berperan penting dalam menentukan tingkat efisiensi dan dampak lingkungan. Ventilasi alami merupakan solusi untuk mengurangi konsumsi energi dengan memanfaatkan aliran udara luar guna meningkatkan kenyamanan termal tanpa penggunaan energi yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kondisi cuaca, seperti suhu, kelembaban dan kecepatan angin, terhadap kenyamanan termal pengguna pada bangunan dengan ventilasi alami dan bukaan satu sisi. Data dikumpulkan melalui pengukuran kondisi cuaca di dalam dan luar ruangan selama 21 hari serta survei persepsi pengguna menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 138 orang dan metode sampling secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dalam ruangan sangat dipengaruhi oleh aliran angin masuk, dan terdapat korelasi yang kuat antara kelembaban relatif luar dengan suhu dalam ruangan dengan nilai R=0.90. Sebagian besar responden menginginkan kondisi ruangan yang lebih sejuk dengan nilai 90,58%, yang menunjukkan rasa tidak nyaman pengguna bangunan ketika berada dalam ruangan. Penelitian ini juga menemukan konsistensi dalam preferensi kenyamanan termal pengguna berdasarkan skala Thermal Sensation Vote (TSV) dan Thermal Comfort Vote (TCV). Rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan kajian lebih lanjut mengenai variasi luasan jendela dan arah bukaan jendela serta pengaruh radiasi matahari dalam mengontrol suhu dan kelembaban ruangan guna meningkatkan kenyamanan termal pengguna bangunan.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Kenyamanan Termal; Ventilasi Alami; Suhu dan Kelembaban; Kecepatan Angin; TSV dan TCV</p> <p> </p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>_ </em><em>Energy consumption in buildings plays a crucial role in determining efficiency and environmental impact. Natural ventilation offers a solution to reduce energy consumption by utilizing outdoor airflow to enhance thermal comfort without significant energy use. This study examines the effects of weather conditions, including temperature, humidity, and wind speed, on the thermal comfort of occupants in naturally ventilated buildings with single-sided openings. Data were collected through measurements of indoor and outdoor weather conditions over 21 days and a perception survey involving 138 respondents, using randomly selected questionnaires. The results indicate that indoor temperature is highly influenced by incoming wind flow, with a strong correlation between outdoor relative humidity and indoor temperature (R = 0.90). A majority of respondents (90.58%) expressed a preference for cooler indoor conditions, indicating discomfort within the building. The study also found consistency in user thermal comfort preferences based on the Thermal Sensation Vote (TSV) and Thermal Comfort Vote (TCV) scales. Recommendations include further investigations into variations in window size, window orientation, and the impact of solar radiation to improve indoor temperature and humidity control, enhancing thermal comfort for building occupants.</em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong> <em>Thermal Comfort; Natural Ventilation; Temperature and Humidity; Wind Speed, TSV and TCV</em></p>2024-11-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Muhammad Iqbal, Atthaillah Atthaillah, Adi Safyan, Lena Indriani, Aura Mutiara Sinahttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/51436Integrasi Sistem Fotovoltaik Dalam Rancangan Bangunan Bertingkat Rendah Guna Meningkatkan Kinerja Energi2024-12-06T05:58:44+00:00Qurrotul A'yun[email protected]Septia Heryanti[email protected]<p><strong>Abstrak_ </strong>Permasalahan emisi gas rumah kaca yang signifikan dari sektor bangunan, menyumbang lebih dari sepertiga emisi global dan sekitar 40% konsumsi energi dunia. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan ini adalah integrasi sistem fotovoltaik dalam desain bangunan. Teknologi fotovoltaik memungkinkan konversi energi matahari menjadi listrik, sehingga mampu mengurangi ketergantungan pada energi tak terbarukan dan meminimalkan emisi CO₂. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dalam bentuk pengujian langsung, untuk mengkaji kinerja sistem fotovoltaik tipe monokristal yang diintegrasikan pada bangunan, dengan berbagai orientasi dan sudut kemiringan. Penelitian dilakukan di Surabaya, sebagai salah satu kota yang memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi di daerah beriklim tropis, dengan melakukan pengujian panel fotovoltaik yang dipasang di lima posisi yaitu di atap, serta fasad pada sisi utara, timur, selatan, dan barat. Data dikumpulkan melalui pengukuran tegangan, arus, daya, suhu, dan intensitas cahaya matahari selama periode penyinaran antara pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Variabel utama yang diuji adalah waktu penyinaran, orientasi arah hadap, dan sudut kemiringan panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi atap dan fasad utara adalah yang paling optimal untuk pengoperasian fotovoltaik, dengan produksi daya tertinggi sekitar 120 Watt untuk posisi atap dan 110 Watt untuk fasad utara. Sisi timur menghasilkan daya optimal di pagi hari, sedangkan sisi barat lebih efisien pada sore hari. Sudut kemiringan 30° dan 45° terbukti paling efektif untuk menghasilkan daya maksimal. Integrasi estetis pada fasad dengan kemiringan 60° juga dinilai memberikan nilai visual yang baik bagi bangunan. Penelitian ini memberikan rekomendasi spesifik terkait orientasi, waktu operasi, dan konfigurasi sudut kemiringan yang optimal untuk memaksimalkan kinerja energi dari sistem fotovoltaik dalam desain bangunan tropis.</p> <p><strong><em>Kata kunci</em></strong><em> : Bangunan Bertingkat Rendah; BIPV; Energi; Fotovoltaik; Metode Eksperimental </em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>_ The significant problem of greenhouse gas emissions from the building sector, contributes more than a third of global emissions and around 40% of world energy consumption. One solution offered to overcome this problem is the integration of photovoltaic systems in building design. Photovoltaic technology allows the conversion of solar energy into electricity, thereby reducing dependence on non-renewable energy and minimizing CO₂ emissions. This study was conducted using an experimental method, in the form of direct testing, to assess the performance of a monocrystalline photovoltaic system, which was integrated into buildings with various orientations and tilt angles. The research was conducted in Surabaya, as one of the cities with high intensity of sunlight in a tropical climate area, by testing photovoltaic panels installed in five positions, namely on the roof, and the facades on the north, east, south, and west sides. Data were collected by measuring voltage, current, power, temperature, and sunlight intensity during the irradiation period between 07.00 and 17.00 WIB. The main variables tested were irradiation time, orientation of the direction of the face, and the tilt angle of the panel. The results showed that the roof position and the north facade are the most optimal for photovoltaic operation, with the highest power production of around 120 Watts for the roof position and 110 Watts for the north facade. The east side produces optimal power in the morning, while the west side is more efficient in the afternoon. The slope angles of 30° and 45° proved to be the most effective for producing maximum power. The aesthetic integration of the facade with a slope of 60° is also considered to provide good visual value for the building. This study provides specific recommendations regarding the optimal orientation, operating time, and slope angle configuration to maximize the energy performance of the photovoltaic system in tropical building designs.</em></p> <p><em> <strong>Keywords:</strong> BIPV; Energy; Low Rise Building; Photovoltaic; Experimental Method</em></p>2024-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Qurrotul A'yun, Septia Heryantihttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/46530Pengaruh Sirkulasi di Area Wudhu Putri Terhadap Privasi Penggunanya 2024-12-06T06:10:43+00:00Faiqoh Roshwah Salsabila[email protected]Budi Sudarwanto [email protected]<p><strong>Abstrak_</strong> Kenyamanan privasi yang tinggi merupakan hal yang penting untuk diterapkan pada area wudhu putri. Karena saat berwudhu, wanita diharuskan untuk melepas atau menurunkan sedikit jilbabnya. Untuk mencapai kenyamanan privasi terdapat lima opsi penerapannya, salah satunya yaitu dengan penataan ruang dan akses keluar masuk. Sirkulasi dibutuhkan sebagai akses penghubung antar ruang. Sirkulasi yang baik membutuhkan penanda yang jelas. Terdapat banyak pendapat terkait dengan kenyamanan sirkulasi di masjid yang mengharuskan adanya pemisahan area berdasarkan gender di masjid, namun pada pelaksanaannya masih ditemukan penyimpangan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bagaimana pengaruh sirkulasi terhadap kenyamanan privasi pengguna di area wudhu putri. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh minimal 30 orang responden perempuan di setiap objek penelitian. Data yang didapat kemudian dideskripsikan dan dibandingkan dengan teori yang ada. Hasilnya ditemui bahwa alur sirkulasi mempengaruhi kenyamanan privasi pengguna di area wudhu putri, termasuk fasilitas penanda <em>(signage)</em> sebagai pendukung adanya alur sirkulasi. Penanda <em>(signage) </em> dan desain penyekat ruang yang memisahkan antara wilayah pria dan wanita sangat berpengaruh terhadap kenyamanan privasi pengguna area wudhu wanita. Penanda yang jelas akan membuat sirkulasi yang baik dan membuat kenyamanan privasi penggunanya lebih terjaga. Sehingga penting bagi perancang untuk memperhatikan adanya pemisahan area antara pria dan wanita.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Area Wudhu; Arsitektur Islam; Kenyamanan Privasi; Sirkulasi</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>_ High privacy is essential in women's ablution areas. This is because women must remove or lower their headscarves slightly during ablution. There are five implementation options for achieving privacy, one of which is spatial arrangement and access. Circulation is needed as a connecting access between spaces. Good circulation requires clear signage. There are many opinions regarding the comfort of circulation in mosques that require gender-based area separation, but deviations are still found in implementation. This study aims to find out how circulation affects the privacy comfort of users in women's ablution areas. Therefore, this study uses a descriptive quantitative method using questionnaires filled out by at least 30 female respondents at each research object. The data obtained is then described and compared with existing theories. The results found that the circulation flow affects the privacy comfort of users in women's ablution areas, including signage facilities as a supporter of the existence of the circulation flow. Signage and the design of room dividers that separate between male and female areas have a significant impact on the privacy comfort of users of the women's ablution area. Clear signage will create good circulation and make user privacy more secure. Therefore, it is important for designers to pay attention to the separation of areas between men and women. </em></p> <p><strong><em>Keywords :</em></strong><em> Ablution Area; Islamic Architecture; Comfort of Privacy; Circulation</em></p>2024-12-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Faiqoh Roshwah Salsabila, Budi Sudarwanto https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/43445Karakteristik Ruang Kampung Melayu di Pontianak2024-12-12T01:52:50+00:00Zairin Zain[email protected]Jefri Bagaskara[email protected]<p><strong>Abstrak</strong>_ Pemanfaatan organisasi ruang di kampung Melayu khususnya permukiman kampung Bangka Belitung kota Pontianak secara tidak langsung menciptakan ruang di daerah yang dijadikan permukiman. Latar belakang terbentuknya kampung Bangka Belitung adalah bentuk perpindahan dari suatu tempat, diakui bahwa daerah tersebut menjadi miliknya, dilanjutkan dengan aktivitas kegiatan sehari-hari dan pandangan orang lain terhadap daerah tersebut. Orang memilih tempat bermukim sesuai dengan kebutuhan hidupnya, seperti masyarakat kampung Bangka Belitung memilih bermukim di pinggiran sungai Kapuas guna memanfaatkan ragam fungsi dari sungai yang <em>kera</em>p dijadikan ciri khas dari Bangsa Melayu. Kebersamaan masyarakat yang bersosialisasi pada suatu tempat membuat ruang-ruang sebagai wadah dalam menunjang kebutuhan mereka. Hal inilah yang menjadi pembentukan karakter pada suatu kawasan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter ruang yang dibentuk pada kampung Bangka Belitung kota Pontianak. Setiap data yang diperoleh menggunakan metode literatur dan penggalian informasi di internet. Selain itu, melakukan observasi pada kawasan untuk mengambil gambar sebagai kebutuhan dalam menganalisa terkait karakter ruang permukiman daerah tersebut. Kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam memaparkan, menjelaskan serta menjawab permasalahan dari suatu penelitian. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa Kampung Bangka Belitung memiliki teritori/batas yang baik secara administrasi maupun dari interaksi karakter, bentuk ruang yang beragam, serta berorientasi pada jalan dan sungai.</p> <p><strong><em>Kata kunci: </em></strong><em>Ruang </em>Permukiman;<em> Batas </em>Administrasi; <em>Karakteristik </em>Ruang</p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>_</em> <em>The use of spatial organization in Malay villages, especially the Bangka Belitung village settlements in Pontianak city, indirectly creates space in areas that are used as settlements. The background to the formation of the Bangka Belitung village is a form of moving from a place, recognizing that the area belongs to it, followed by daily activities and other people's views on the area. People choose a place to live according to their living needs, such as the people of Bangka Belitung village who choose to live on the banks of the Kapuas river to take advantage of the various functions of the river which is often used as a characteristic of the Malay nation. The togetherness of people who socialize in one place makes spaces a place to support their needs. This is what forms the character of a residential area. This research aims to determine the character of the space formed in Bangka Belitung village, Pontianak city. Any data obtained uses literature methods and information mining on the internet. Apart from that, observing the area to take pictures is a necessity in analyzing the character of the area's residential space. Then it is processed using qualitative descriptive methods to describe, explain and answer the problems of a research. From the research results, it was found that Bangka Belitung Village has good territory/boundaries administratively and in terms of character interactions, diverse spatial forms, and is oriented towards roads and rivers.</em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Settlement Space; Administrative boundaries; Space Characteristic</em></p>2024-12-12T01:42:17+00:00Copyright (c) 2024 Zairin Zain, Jefri Bagaskarahttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/52684Desain dan Orientasi Arah Hadap Rumah Tradisional Malind Anim dalam Konteks Perubahan Iklim2024-12-17T01:08:02+00:00Henry Soleman Raubaba[email protected]Eddy Prianto[email protected]<p><strong>Abstrak_</strong> Perubahan iklim telah memberikan tekanan signifikan pada keberlanjutan arsitektur tradisional, termasuk rumah tradisional Malind Anim di Merauke, Papua Selatan. Rumah-rumah ini, yang secara historis dirancang untuk menyesuaikan dengan iklim lokal, kini menghadapi tantangan baru akibat perubahan suhu, curah hujan, dan cuaca ekstrim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis desain dan orientasi rumah tradisional Malind Anim di Kampung Wambi, Kampung Waan, dan Kampung Toray dalam menghadapi perubahan iklim. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bahwa desain rumah tradisional Malind Anim yang mengadopsi orientasi arah hadap tertentu memiliki kemampuan untuk mengurangi dampak suhu tinggi dan memperbaiki sirkulasi udara, sehingga memberikan kenyamanan termal yang lebih baik bagi penghuninya. Elemen-elemen desain seperti penggunaan material lokal yang ramah lingkungan, ventilasi silang yang efektif, dan atap yang dirancang untuk mengurangi panas secara signifikan berkontribusi pada adaptasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa praktik kearifan lokal yang diterapkan dalam pembangunan rumah-rumah ini dapat menjadi model bagi daerah lain yang memiliki tantangan iklim serupa.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Desain dan Orientasi; Rumah Tradisional; Aha; Malind Anim; Perubahan Iklim</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><em>_ Climate change has placed significant pressure on the sustainability of traditional architecture, including the traditional Malind Anim houses in Merauke, South Papua. These houses, historically designed to adapt to the local climate, now face new challenges due to changes in temperature, rainfall, and extreme weather. This study aims to analyze the design and orientation of traditional Malind Anim houses in Kampung Wambi, Kampung Waan, and Kampung Toray in facing climate change. The method used is descriptive qualitative, with data collection techniques through direct observation and literature studies. This study found that the design of traditional Malind Anim houses that adopt certain orientations has the ability to reduce the impact of high temperatures and improve air circulation, thereby providing better thermal comfort for its inhabitants. Design elements such as the use of environmentally friendly local materials, effective cross-ventilation, and roofs designed to reduce heat significantly contribute to climate change adaptation. Additionally, this study also identifies that the local wisdom practices applied in the construction of these houses can serve as models for other regions facing similar climate challenges. </em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Design and Orientation; Traditional House; Aha; Malind Anim; Climate Change </em></p> <p><strong> </strong></p>2024-12-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Henry Soleman Raubaba, Eddy Priantohttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/52147Aplikasi Konsep Desain Pencahayaan Berbasis Eksistansi Permukaan Ruang Rata-rata pada Kasus Kamar Tamu Premium Hotel 2024-12-12T01:54:54+00:00Rizki Armanto Mangkuto[email protected]Muhammad Rafi Azzami[email protected]Re Rakannabyan Sugihartadi[email protected]<p><strong>Abstrak_ </strong>Konsep desain pencahayaan pada ruang dalam saat ini telah mengadopsi konsep eksitansi permukaan ruang rata-rata (MRSE) yang penting karena adanya penekanan pada kecerahan perseptual atau pencahayaan latar dari ruang secara keseluruhan, alih-alih menggunakan parameter iluminansi pada bidang kerja yang seringkali kurang efisien dari sisi penggunaan energi. Salah satu penerapan desain pencahayaan yang memerlukan perhatian khusus adalah kamar tamu hotel, yang di satu sisi harus memberikan kenyamanan dan estetika, serta di sisi lain juga harus mengakomodasi berbagai aktivitas visual para penghuninya. Tujuan dari studi ini adalah menerapkan konsep desain pencahayaan elektrik berbasis MRSE pada kasus suatu kamar tamu premium hotel, untuk meningkatkan kenyamanan visual dan efisiensi energi. Metode yang dilakukan adalah menentukan nilai rasio iluminansi target terhadap latar (TAIR) pada masing-masing objek yang ada di dalam kamar, menentukan besarnya fluks cahaya yang harus disediakan, serta menentukan nilai MRSE dan TAIR dari hasil simulasi pencahayaan menggunakan perangkat lunak <em>DIALux evo</em> pada berbagai skenario pencahayaan, yaitu pada (1) ruang kamar mandi, (2) ruang utama untuk berkegiatan membaca dan menulis, (3) ruang utama untuk beristirahat, dan (4) ruang utama untuk membaca sebelum beristirahat di tempat tidur. Perhitungan desain awal menunjukkan nilai MRSE sebesar 100 lm/m<sup>2</sup> di kamar mandi pada Skenario 1, 100 lm/m<sup>2</sup> pada Skenario 2, 30 lm/m<sup>2</sup> pada Skenario 3, dan 30 lm/m<sup>2</sup> pada Skenario 4. Hasil simulasi menunjukkan nilai MRSE dari hasil pemodelan sebesar 147,5 lm/m<sup>2</sup>, 109,5 lm/m<sup>2</sup>, 30,2 lm/m<sup>2</sup>, dan 32,5 lm/m<sup>2</sup> pada masing-masing skenario, mendekati hasil perhitungan desain awal, sehingga dapat memenuhi target kenyamanan visual dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik dari sistem pencahayaan. Penelitian ini berkontribusi dalam mendemonstrasikan konsep pencahayaan ruang dalam yang berkorelasi dengan kecerahan perseptual penghuni sekaligus dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Desain Pencahayaan Ruang Dalam; Eksitansi Permukaan Ruang Rata-Rata; Pencahayaan Latar; Simulasi; Kamar Hotel</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong><strong>_ </strong><em>The current interior lighting design concept has adopted the concept of mean room surface exitance (MRSE), which is important to the emphasize on the perceptual brightness or ambient illuminance of the space as a whole, instead of using the workplane illuminance parameter, which is often inefficient in terms of energy use. An application of lighting design that requires specific attention is hotel guestrooms, which shall provide comfort and aesthetics, and shall accomodate various visual activities of the occupants</em>. <em>The purpose of this study is to apply the concept of MRSE-based electric lighting design to the case of a premium hotel guestroom, to improve visual comfort and energy efficiency. The implemented method is determining the target/ambient illuminance ratio (TAIR) for each object in the room, determining the amount of luminous flux that must be provided, and determining the MRSE and TAIR values from the lighting simulations using DIALux evo software in various scenarios, namely in the (1) bathroom, (2) main (bed)room for reading and writing, (3) main room for sleeping, and (4) main room for reading prior to sleeping. Initial design calculation indicates MRSE values of 100 lm/m<sup>2</sup> in Scenario 1, 100 lm/m<sup>2</sup> in Scenario 2, 30 lm/m<sup>2</sup> in Scenario 3, and 30 lm/m<sup>2</sup> in Scenario 4. The simulation results show that the MRSE value from the modeling is found to be 147.5 lm/m<sup>2</sup> 1, 109.5 lm/m<sup>2</sup>, 30.2 lm/m<sup>2</sup>, and 32.5 lm/m<sup>2</sup> in each scenario, in relatively close agreement with the initial design calculations, satisying the visual comfort target and increasing the efficiency of electric lighting energy use.</em> <em>This study contribute in demonstrating the interior lighting design concept that can be correlated with the perceptual brightness of the occupants, as well as with the energy efficiency improvement.</em></p> <p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Interior Lighting Design; Mean Room Surface Exitance; Ambient Illuminance; Simulation; Hotel Room</em></p>2024-12-09T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Rizki Armanto Mangkuto, Muhammad Rafi Azzami, Re Rakannabyan Sugihartadi