PKM PENGENALAN DINI PENYAKIT GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS) DI SMK SANJIWANI GIANYAR

  • Fransi Dewi ITEKES Bali
    (ID)

Abstract

Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah salah satu kelainan karena gangguan sistem imun dengan ciri paralisis akut. GBS merupakan penyakit pada sistem saraf tepi yang insidensinya langka. Berdasarkan ringkasan dari American Academy of Neurology (AAN) guideline on Guillain-Barré syndrome, GBS terjadi pada 1 sampai 4 penderita per 100.000 populasi di seluruh dunia per tahunnya, menyebabkan 25% penderita gagal napas sehingga membutuhkan ventilator, 4%-15% kematian, 20% kecacatan, dan kelemahan persisten pada 67% penderita.

GBS dapat diderita baik pria maupun wanita, berbagai usia, dan tidak dipengaruhi oleh ras. Akan tetapi, kejadian GBS sebelumnya menunjukkan bahwa penderita pria lebih banyak 1,5 kali dibanding wanita, lebih sering terjadi pada pria berwarna kulit putih, dan angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-50 tahun (usia produktif). Puncak insidensi GBS antara usia 15-35 tahun. Sindrom Guillain Barre yang berkaitan dengan infeksi saluran pernafasan atau infeksi gastrointestinal yaitu sebanyak 56%-80% sekitar 1 sampai 4 minggu sebelum terjadinya infeksi. Angka morbiditas menunjukkan bahwa sekitar 15-20% dari pasien mengalami penurunan fungsi neurologis dan sekitar 1-10% mengalami cacat permanen.

Penyakit ini mampu menyebabkan komplikasi yang fatal apabila sistem saraf otonom dan sistem pernapasan terlibat. Masyarakat awam relatif memiliki pengetahuan yang minim terhadap penyakit ini bahkan ada yang belum mengetahuinya. Onset penyakit yang akut dan berprogresif menuntut penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya untuk mendeteksi dini, pengobatan, serta upaya rehabilitasi sehingga penatalaksanaan yang dilakukan menjadi optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berupa penyuluhan tentang penyakit GBS pada remaja di SMK Sanjiwani Gianyar.

References

Andary, M.T., Oleszek, J.L., Maureleus, K., and Mc-Crimmon, R.Y., 2016. Guillain Barre Syndrome. http://emedicine.medscape.com/article/315632overview diakses tanggal 22 Maret 2023.
Bahrudin, M., 2012. Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. Edisi Pertama, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang Press, hal 5-26.
Fokke, C., Van Den Berg, B., et al., 2014. Diagnosis of Guillain-Barre syndrome and validation of Brighton criteria. Brain, 137(1), hal.33–43.
Mishra A, G. Sai Khrisna, T. Komal Krishna. Guillain-Barre syndrome: an orphan disease. World journal of pharmaceutical research. 2017;6(5):393400.
Shrivastava M, Nehal S, Seema N. Guillain-Barre syndrome: demographics, clinical profile & seasonal variation in a tertiary care centre of central India. Indian J Med Res. 2017;145:203-8.
Sudadi., Raharjdo, S., dan Hidayat, A., 2017. Penatalaksanaan Guillain Barre Syndrome di ICU, Jurnal Komplikasi Anestesi, 4(2).
Willison HJ, Jacobs BC, Van Doorn PA. Guillain-Barré syndrome. Lancet. 2016;388:717-27.
Published
2024-09-30
How to Cite
[1]
F. Dewi, “PKM PENGENALAN DINI PENYAKIT GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS) DI SMK SANJIWANI GIANYAR”, pabbura, vol. 1, no. 2, pp. 1-5, Sep. 2024.
Abstract viewed = 139 times