https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/issue/feedSulesana: Jurnal Wawasan Keislaman2024-11-20T02:45:37+00:00Darmawati Hanafi[email protected]Open Journal Systems<p>Sulesana adalah Jurnal Wawasan Keislaman yang diterbitkan oleh jurusan Ilmu Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun.</p> <p><img src="/public/site/images/lapabbaja/homepageImage_id_ID.png"></p>https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/47114KOMPARASI FENOMENOLOGI EDMUND HUSSERL DAN MARTIN HEIDEGGER2024-09-02T08:47:29+00:00Muhammad Fitrah[email protected]Astrid Veranita Indah[email protected]<p><em>Phenomenology has developed since the 15th century. Many philosophers rejected Church doctrines and carried out a reform movement known as the enlightenment period. Phenomenology was developed by Edmund Husserl in the 20th century, who became known as the father of phenomenology. Rather than being a science, phenomenology initially emerged as a research method developed by Edmund Husserl as part of the study of philosophy and sociology. As a scientific method, phenomenology is a way of formulating science through certain stages.</em></p> <p><em>Phenomenology as a research method is seen as the study of phenomena, the study of nature and meaning. This research focuses on the way we perceive reality that appears through experience or consciousness. Husserl's phenomenology is a speculative attempt to determine nature which is entirely based on examining and analyzing what appears or returns to the objects themselves. Meanwhile, Heidegger's phenomenology is based on the relationship between language, interpretation, and objective nature.</em></p>2024-06-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Sulesana: Jurnal Wawasan Keislamanhttps://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/50942Peran Filsafat Akhlak dalam Resolusi Konflik Sosial di Masyarakat Multikultural2024-11-20T02:45:37+00:00Akilah Mahmud[email protected]Hilgha Mustin[email protected]Mufidah Hasanah[email protected]Wahyu Ramadani[email protected]<p>Masyarakat multikultural sering menghadapi tantangan dalam menjaga harmoni sosial karena keberagaman budaya, agama, dan nilai-nilai yang kerap menjadi sumber konflik. Pendekatan holistik dan etis, seperti filsafat akhlak, diperlukan untuk mengatasi konflik ini. Filsafat akhlak menawarkan landasan nilai yang kuat untuk menciptakan perdamaian, keadilan, dan toleransi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis teks untuk memahami penerapan prinsip-prinsip akhlak dalam situasi konflik sosial. Data diperoleh dari kajian literatur yang meliputi teks-teks filosofis klasik dan kontemporer serta studi kasus yang relevan. Temuan utama menunjukkan bahwa filsafat akhlak memiliki peran signifikan dalam meredakan konflik sosial di masyarakat multikultural. Prinsip-prinsip seperti keadilan, toleransi, dan kedamaian dalam filsafat akhlak Islam menjadi landasan kuat dalam mediasi dan resolusi konflik. Penerapan nilai-nilai akhlak ini memperkuat kohesi sosial dan mengurangi potensi permusuhan. Implikasi dari temuan ini menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai akhlak dalam pendidikan dan kebijakan publik sebagai upaya preventif dan resolutif dalam mengatasi konflik sosial. Penelitian ini berkontribusi penting dalam memperkaya wacana tentang peran etika dalam membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis dalam konteks multikulturalisme</p>2024-11-20T02:45:35+00:00Copyright (c) 2024 Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman