Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pannambungan Kota Makassar

  • Sumardi Sudarman Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pancasakti Makassar
    (ID)
  • Aswadi Aswadi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pancasakti Makassar
    (ID)
  • Muharti Syamsul Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pancasakti Makassar
    (ID)
  • Margareta Gabut Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pancasakti Makassar
    (ID)

Abstract

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika di bandingkan dengan anak seusianya. Hal ini menjadi ancaman utama terhadap kualitas manusia di Indonesia juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa karena dapat mengganggu perkembangan otak sehingga mempengaruhi kemampuan dan prestasi disekolah, juga produktivitas dan kreativitas di usia usia produktif.  Kejadian stunting di dunia sebesar 22,2% balita stunting atau sekitar 150,8 juta balita. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita diwilayah kerja puskesmas panambungan kota Makassar pada tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah  metode kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di kelurahan pannambungan, kecamatan mariso kota makassar tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 86 responden. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik purposive samplingdengan beberapa kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara berat badan lahir rendah, pengetahuan ibu dengan kejadian stunting di Puskesmas Pannambungan Kota Makassar. Sedangkan, tidak terdapat hubungan antara pendapatan dan pola makan dengan kejadian stunting pada balita diwilayah kerja Puskesmas Pannambungan Kota Makassar. Dalam mengatasi masalah stunting dapat dilakukan dengan menjaga asupan makanan selama hamil dan meningkatkan pengetahuan mengenai asupan zat gizi untuk balita 

References

Dinas keminfo. (2018). https://babelprov.go.id/content/riskesdas-2018-pravalensi-stunting-babel-menurun/23/07/2020

Dinkes, Enrekang.(2019).https;//www.google.com/amp/2019/01/14/3771-balita-menderita-stunting-di-enrekang-terbesar-di-sulsel/24/07/2020

Depkes,(2018).hhtp;//ejournal.unklab.ac.id/index.php/nutrix/article/view/390/413/24/07/2020

Kemenkes RI. 2018. Situasi Balita Pendek(Stunting) Di Indonesia,Bulletin, Jakarta

Kemenkes RI. (2018). Proporsi anak stunting menurut umur dengan kurva pertumbuhan sesuai standar devisi.

Kemenkes RI. Dalam buku kesehatan ibu dan anak(KIA)

Kemenkes RI. 2014. P0la Makan

Kemenkes Kesehatan Ri. 2016. Jurnal Pemantauan Status Gizi ( Psg , 2017) Menurut UNICEF FRAMEWORK,(2007) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stunting.

Notoadmodjo.2013.Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta

Oktarina.2012. hubungan bblr dan factor-faktor lainnya dengan kejadianstunting pada balita usia 24-59 bulan diprovinsiaceh, Sumatra utara, Sumatra selatan, dan lampung

Rama, 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pola Asupan Anak balita

Riskesdes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

World Health Oraganization ( Who, 2018) Yaitu Mengukur Panjang/Tinggi Badan Anak Yang Dibawah Mines 2 Standar Devisi

World Health Organization/ Nasional Center For Health Stantistics ( Who/ Nchs) Buku Pertumbuhan 2019

Published
2021-01-30
Section
Volume 1, Issue 1, 2021
Abstract viewed = 806 times