ALI SYARI’ATI; Pemikiran dan Gagasannya

  • Marhaeni Saleh M Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
    (ID)

Abstract

Syari’ati dilahirkan di Desa Mazinan dan berasal dari keluarga terpandang yang menurut garis ayahnya termasuk keturunan para pemuka agama dan seorang pembaru yang bersemangat untuk menerapkan metode-metode baru dalam studi agama. Ayahnya memiliki perpustakaan besar dan lengkap yang selalu dikenang oleh Syari’ati, yang secara metaforis Syari’ati lukiskan sebagai mata air yang terus menyirami pikiran dan jiwanya. pemerintah menganggap Syari’ati radikal dan berbahaya sehingga dia ditahan dan dipenjara lagi. Pemerintah menyatakan bahwa Syari’ati wafat akibat penyakit jantung, tetapi kebanyakan orang meyakini bahwa dia dibunuh oleh polisi rahasia Syah. Ciri pemikirannya adalah bahwa agama harus ditransformasikan dari ajaran etika pribadi ke program revolusioner untuk mengubah dunia. yang senantiasa menolak gagasan bahwa Islam itu hanya merupakan persoalan hukum dan ritual yang mengatur hal-hal teknis seperti wudhu, menstruasi, kelahiran, makanan, dan sejenisnya.

Syari’ati selalu mencari hal-hal baru dan orisinal di dalam Islam, dan tidak sabar dengan model pemikiran tradisional. Dalam ajakannya untuk melakukan pembebasan melalui reinterpretasi keyakinan, Syari’ati secara jelas menolak pandangan revolusioner Barat bahwa agama itu “candu masyarakat”. Agama dalam pandangan Syari’ati, dapat mengantarkan orang kepada komitmen ideologi untuk membebaskan idividu dari tekanan. Dalam hal ini, dia memiliki banyak persamaan dengan filosof Mesir kontemporer, Hasan Hanafi. Agenda kedua pemikir itu ialah menyegarkan pembacaan Al-Quran untuk merekonstruksi konsep Islam menjadi ideologi yang modern, orisinal, dan progresif guna membebaskan dan memberdayakan massa.

Gagasan Syari’ati dalam konteks perubahan di masyarakat, peran yang lebih penting hanya bisa dimainkan cendekiawan. Menurutnya, sekalipun ilmuwan menemukan kebenaran sistematis dan filosof rajin menuangkan banyak renungan dalam pekerjaan ilmiah, tetapi mereka tidak memiliki ideologi yang menggerakkan. Cendekiawan beda dengan keduanya karena ia memiliki ideologi yang diyakini dan selalu diperjuangkannya. Masyarakat lebih membutuhkan cendekiawan yang bisa meneriakkan perubahan-perubahan di masyarakat.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdul Aziz, Ahmad, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2006.

Abdurrahman, Moeslim, Islam Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Erlangga, 2003.

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996.

Bosworth, C.E Van Henrichs, Donzel, The Encyclopedia of Islam, Leiden, 1997.

Dabasyi, Hamid, Theology of Discontent : The Ideological Foundations of The Islamic Revolution In Iran, New York: New York University Press, 1993.

Donohulle, Jonh J dan Esposito, John L, Islam dan Pembaharuan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Dwi Susilo, Rahmad K, 20 Tokoh Sosiologi Modern, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Esposito, John L, The Oxford Enciclopedia of Modern Islamic World, New York: Oxford Universitas Press, 1995.

______________, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2002.

Harahap, Syahrin dan Nasution, Hasan Bakti, Ensiklopedia Akidah Islam, Jakarta: Kencana, 2009.

Rais, M. Amien, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan, 1987.

Syari’ati, Ali, Membangun Masa Depan Islam, Bandung: Mizan, 1993.

¬_______, Makna Haji, Jakarta: Zahra, 2008.

_______, Islam Mahzab Pemikiran Dan Aksi, Bandung: Mizan, 1992.

¬_______, Tugas Cendekiawan Muslim, Jakarta: CV Rajawali, 1987.

Published
2018-12-31
How to Cite
Saleh M, M. (2018). ALI SYARI’ATI; Pemikiran dan Gagasannya. Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu Aqidah, 4(2), 182 - 196. https://doi.org/10.24252/aqidahta.v4i2.7301
Section
Artikel
Abstract viewed = 4343 times