The Pregnancy care and baby parenting patterns in toraja ethnics

  • Hartati Bahar Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluleo, Kendari
    (ID)
  • Karlina Powatu Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluleo, Kendari
    (ID)
Keywords: baby care, pregnancy care, toraja tribe

Abstract

One of the causes of the high maternal mortality rate in Indonesia is the limited knowledge of the community and the existence of cultural influences. This study aims to analyze in depth the pattern of maternity care and infant care patterns in the Toraja ethnicity in the working area of ​​the Mekar Public Health Center, Kendari City. The type of research used is qualitative research with a phenomenological approach. The results showed that the pattern of maternity care and baby care in terms of elemental assessment in the Toraja tribe, namely the behavior that was more recommended, namely moving a lot, light exercise and walking; abstained behavior is not allowed to cut nails, cut hair, bathe after 4 pm, not allowed to sit at the door, not allowed to put a towel around his neck; preferred foods are katuk leaves and nuts; The foods that are abstained are bananas, pineapples, and durians, spicy foods and coconut milk. In terms of the prescriptive elements in the Toraja tribe, namely pregnancy checks, infant feeding, namely breastfeeding and complementary feeding such as red flour porridge, Ambon banana and mixed porridge after 6 months and over, and massage therapy. In terms of cognitive elements, the Toraja tribe has trust during pregnancy, but in terms of baby care, they have certain trust in baby caretakers in terms of views about the placenta, namely aluk ma'lolo. Therefore, education with a local culture approach can still be carried out as long as safe for mother and children

References

The pregnancy care and baby parenting patterns in toraja ethnics

Pola Perawatan Kehamilan Dan Pola Pengasuhan Bayi Pada Etnis Toraja

Hartati Bahar1*, Karlina Powatu2

Afiliasi

,2 Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluleo, Kendari

Korespondensi(*)

Email : [email protected]

Abstract

One of the causes of the high maternal mortality rate in Indonesia is the limited knowledge of the community and the existence of cultural influences. This study aims to analyze in depth the pattern of maternity care and infant care patterns in the Toraja ethnicity in the working area of the Mekar Public Health Center, Kendari City. The type of research used is qualitative research with a phenomenological approach. The results showed that the pattern of maternity care and baby care in terms of elemental assessment in the Toraja tribe, namely the behavior that was more recommended, namely moving a lot, light exercise and walking; abstained behavior is not allowed to cut nails, cut hair, bathe after 4 pm, not allowed to sit at the door, not allowed to put a towel around his neck; preferred foods are katuk leaves and nuts; The foods that are abstained are bananas, pineapples, and durians, spicy foods and coconut milk. In terms of the prescriptive elements in the Toraja tribe, namely pregnancy checks, infant feeding, namely breastfeeding and complementary feeding such as red flour porridge, Ambon banana and mixed porridge after 6 months and over, and massage therapy. In terms of cognitive elements, the Toraja tribe has trust during pregnancy, but in terms of baby care, they have certain trust in baby caretakers in terms of views about the placenta, namely aluk ma'lolo. Therefore, education with a local culture approach can still be carried out as long as safe for mother and children.

Key words : baby care; pregnancy care; toraja tribe

Abstrak

Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang perawatan kehamilan dan adanya pengaruh budaya.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara mendalam pola perawatan kehamilan dan pola pengasuhan bayi pada etnis toraja di wilayah kerja puskesmas Mekar Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola perawatan kehamilan dan pengasuhan bayi dari segi valuational element pada suku Toraja yaitu perilaku yang dianjurkan yakni banyak bergerak, olahraga ringan dan jalan-jalan; perilaku yang dipantang yakni tidak boleh gunting kuku, potong rambut, mandi lewat dari jam 4 sore, tidak boleh duduk dipintu, tidak boleh mengalungkan handuk dileher; makanan yang dianjurkan yakni daun katuk dan kacang-kacangan; makanan yang dipantang yakni jantung pisang, nenas, dan durian, makanan yang pedis dan bersantan. Dari segi precriptive element pada suku Toraja yaitu pemeriksaan kehamilan, pemberian makan pada bayi yaitu memberikan ASI dan MP-ASI seperti bubur tepung merah, pisang Ambon dan bubur campur setelah 6 bulan ke atas, dan terapi pijat. Dari segi cognitive element pada suku Toraja tidak memiliki kepercayaan selama kehamilan namun dalam hal pengasuhan bayi memiliki kepercayaan tertentu terhadap pengasuhan bayi dalam hal pandangan budaya mengenai plasenta yakni aluk ma’lolo. sehingga edukasi dengan pendekatan budaya lokal tetap bisa dilakukan sepanjang tidak menggangu/bertentangan dengan aspek kesehatan dan keselamatan ibu dan anak

Kata Kunci: perawatan kehamilan; pengasuhan bayi; suku toraja

Pendahuluan

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan dalam program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Kemenkes RI, 2013).

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu meningkat dari 228/100.000 pada 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.2 Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010– 2012 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Muna 79 orang, Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe Selatan 59 orang, sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Konawe 5 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi yang bila dibandingkan dengan tahun 2010 hanya sebesar 587 kematian. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Muna sebanyak 197 orang, disusul kabupaten Buton 172 orang, Kabupaten Konawe Selatan 167 orang, sedangkan yang terendah di Kabupaten Konawe Utara 17 orang. Di Tahun 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan (664 orang) dibandingkan tahun 2011 (1.166 orang), jumlah tertinggi terjadi di Kabupaten Buton (142) dan Bombana (78), sedangkan terendah di Kota Kendari (28) dan Wakatobi serta Konawe Utara masing-masing dengan 31 orang bayi mati (Dinkes Sultra, 2013).

Setiap negara di dunia memiliki konsep perawatan kehamilan yang berbeda-beda. Perawatan kehamilan tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari hasil penelilitan (Yousif, dkk 2006), perawatan kehamilan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Wanita yang secara teratur pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam perawatan kehamilan akan memiliki kesehatan yang baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan wanita yang memiliki kesehatan yang buruk akan lebih rentan menyebabkan kematian bayi (Wahyuni, 2013)

Suku bangsa toraja terkenal sebagai suku bangsa yang masih teguh memegang adat. Setiap pekerjaan mesti dilaksanakan menurut adat, karena melanggar adat adalah suatu pantangan dan masyarakat memandang rendah terhadap perlakuan yang memandang rendah adat itu. Apalagi dalam kelahiran, perkawinan, kematian, upacara adat tidak boleh ditinggalkan. Meskipun orang Toraja pada masa kini telah memiliki agama dan keyakinan namun kebudayaan leluhur mereka masih terus dipertahankan (Putu, 2012).

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan pada suku Toraja di wilayah kerja puskesmas Mekar, jumlah Kepala Keluarga yang beretnis toraja sebanyak 188 KK dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 52 KK. Pada suku Toraja di Puskesmas Mekar masih ditemukan fenomena permasalahan sosial budaya terkait dalam perawatan kehamilan terkait dengan kepercayaan dan kebiasaan ibu yaitu makanan pantangan selama proses kehamilan dan perilaku serta tindakan yang dianjurkan selama proses kehamilan maupun selama mengasuh bayi. Misalnya, makanan yang menjadi pantangan selama proses kehamilan yaitu nenas, jantung pisang dan ikan asin. Hal ini dipercaya bahwa makanan tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan janinnya. Selain itu, masih ada perilaku-perilaku pantangan yaitu seperti mengalungkan handuk dileher selama hamil. Hal ini dipercaya akan berdampak buruk pada jalan lahirnya ketika persalinan nanti.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis yaitu merupakan pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Saryono dan Mekar, 2010).

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti berperan sebagai instrument utama penelitian, serta informan kunci sebagai instrumen pendukung dengan menggunakan alat bantu panduan wawancara dan alat rekam suara. Jumlah informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang informan kunci yang berstatus sebagai ibu yang pernah mengalami kehamilan pertama dan juga sedang mengasuh bayi dan 5 orang informan biasa yaitu mereka yang mengetahui bagaimana pola perawatan dan pengasuhan bayi pada masyarakat suku Toraja. Adapun informan biasa dalam penelitian ini terdiri dari anggota keluarganya (suami, ibu, ibu mertua, kakak, kakak ipar, serta kakek). Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis isi dan disajikan dalam bentuk naratif.

Hasil

Valuational Element

Tabel 1. Hasil wawancara terkait perilaku kehamilan dan perawatan bayi

pada aspek valational element suku Toraja

perilaku yang dianjurkan saat hamil pengasuhan bayi perilaku yang dipantang sat hamil makanan yang dianjurkan saat menyususi makanan yang dipantang saat hamil makanan yang dipantang saat menyusui

Banyak bergerak

Olahraga ringan

Jalan-jalan

Mengepel sambil jongkok jika sudah mendekati waktu kelahiran.

Tidur tidak terlentang atau miring ke kiri atau ke kanan. 1. Bayi diurut bagian kepala dan belakang-nya

Bayi dijemur dibawah sinar matahari selama 15-20 menit

membawa dariango, bawang, dsb saat keluar rumah 1. gunting kuku

potong rambut

Mandi lewat dari jam 4 sore

duduk dipintu

tidur terlentang

mengalungkan handuk dileher 1. Daun katuk

Pepaya muda

Kacang ijo 1. Nenas

Durian

Jantung pisang

Ikan asin

Terong

Sate bakar

Makanan yang pedis

Minum air es 1. Makanan yang pedis

Makanan bersantan

Udang

Sumber : Data primer

Precriptive Element

Tabel 2. Hasil wawancara terkait perilaku kehamilan dan perawatan bayi

pada aspek Precriptive Element suku Toraja

perilaku yang harus dilakukan selama kehamilan MP ASI Bayi alternatif perawatan

Pemeriksaan kehamilan

Banyak bergerak

Makan makanan bergizi

Jalan pagi 1. Diberikan pada usia >6 bulan

bubur tepung merah, pisang Ambon dan bubur campur 1. terapi pijat ibu dan bayi

frekuensi berbeda pada tiap informan tergantung pada keluahan yang dirasakan

Sumber : Data primer

Cognitive Elements

Tabel 3. Hasil wawancara terkait perilaku kehamilan dan perawatan bayi

pada aspek Cognitive Elements suku Toraja

Plasenta (Upacara aluk ma’lolo) :

dipotong

dibersihkan

dibungkus

ditanam dirumah bagian timur

Sumber : Data primer

Pembahasan

Valuational Element

Perilaku adalah pengembangan pribadi yang dapat di manifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau diobservasi secara obyektif. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku manusia dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan/atau genetika.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) mengenai gambaran perilaku ibu hamil terhadap pantangan makan suku toraja di Kota Makassar Tahun 2013 yang menyatakan bahwa aktifitas yang dianjurkan, berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa perilaku atau tindakan yang dianjurkan selama proses kehamilan adalah semua tindakan yang tidak membahayakan ibu dan janinnya misalnya saja, jongkok sambil mengepel, jalan-jalan pagi, dan lain-lain.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dari beberapa informan dapat diketahui bahwa masih banyak perilaku-perilaku yang dipantang pada suku Toraja selama kehamilan yaitu diantaranya tidak boleh gunting kuku, potong rambut, mandi lewat dari jam 4 sore, tidak boleh duduk dipintu, tidak boleh mengalungkan handuk dileher karena dipercaya dapat mengakibatkan terlilitnya tali pusar pada leher bayi. Padahal jika dilihat dari sudut pandang kesehatan seorang ibu hamil harus memperhatikan kebersihan dirinya atau yang biasa disebut personal hygiene. Mandi, perawatan kuku dan perawatan rambut merupakan salah satu indikator dalam personal hygiene yang harus diperhatikan oleh ibu hamil. Ibu hamil dan menyusui juga penting dalam memperhatikan kebersihan badan. Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil, banyak keringat, terutama di daerah lipatan kulit. Mandi dua-tiga kali sehari membantu kebersihan badan dan mengurangi infeksi (Manuaba, 2010)

Masyarakat suku toraja mempunyai kepercayaan yang cukup menguntungkan sehingga diusahakan untuk mempertahankan dan melestarikannya terutama dalam hal posisi tidur. Tidur telentang memang tidak dianjurkan, terutama setelah kehamilan memasuki usia kehamilan trimester ketiga. Sebab, rahim akan menekan pembuluh aorta dan pembuluh vena di tulang belakang sehingga mengurangi aliran darah dari ibu ke janin. Sementara, tidur telungkup pada umumnya hanya bisa dilakukan ketika rahim belum terlampau besar (kurang dari 4 bulan). Posisi tidur yang paling baik selama hamil adalah miring ke kiri karena posisi ini memberi keuntungan untuk bayi dalam mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena besar (vena cava inferior) di bagian belakang sebelah kanan spina yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan tubuh ibu sehingga mengurangi bengkak pada kaki, pergelangan kaki dan tangan. Posisi kedua adalah miring ke kanan. Ibu dapat mengganti posisi miring ke kanan-kiri untuk membuat tidurnya lebih nyaman (Imelda, 2010).

Konsumsi makanan yang tepat sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan bayinya. Kualitas makanan jauh lebih penting dibandingkan dengan kuantitas. Makanan yang mengandung nutrisi tepat bagi pertumbuhan dan kombinasi makanan yang tepat dapat menjamin asupan makanan yang tepat. Makanan yang dimakan oleh seorang ibu yang sedang dalam masa kehamilan mempengaruhi dan memenuhi kebutuhan gizi bayinya. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa pada masyarakat suku toraja, ada makanan yang dianjurkan selama kehamilan dan mengasuh bayi. Selama kehamilan makanan yang dianjurkan yaitu makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran, daging, ikan telur dan kacang-kacangan serta meminum susu. Hal ini dilakukan karena saran dari dokter dan orang tua. Sedangkan dalam hal pengasuhan bayi makanan yang dianjurkan yaitu yaitu sayur-sayuran hijau seperti daun katuk dan kacang-kacangan karena dipercaya bermanfaat untuk produksi ASI. Selain itu juga mengkonsumsi tablet panambah darah dianjurkan untuk ibu menyusui.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ipa(2016) mengenai aspek sosial budaya pada kehamilan, persalinan dan nifas di Indonesia mengatakan bahwa keyakinan pada masyarakat Keruak, Lombok Timur makanan yang dianjurkan yaitu makan tanah kakaen/lempung merah karena dianggap baik bagi wanita hamil. Pendududk setempat percaya bahwa pada saat hamil harus makan sebanyak-banyaknya dalam arti kuantitas, bukan kualitas (Ipa, 2016).

Makanan pantangan adalah kebiasaan , budaya atau anjuran yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu pada suatu kondisi tertentu. Masyarakat suku Toraja tidak hanya memiliki keyakinan mengkonsumsi makanan yang dianjurkan tetapi juga memiliki makanan yang dipantang untuk dikonsumsi selama kehamilan dan pengasuhan bayi. Pantangan ini tentunya merupakan pengaruh budaya yang sering kali membawa dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

Pantangan makanan yang dijalani selama kehamilan yaitu jantung pisang karena bentuk jantung pisang yang lobo’puso dinggap juga berdampak pada bayinya nanti,nenas karena dianggap dapat menyebabkan keguguran, durian karena bersifat panas dianggap tidak baik untuk ibu hamil, ikan asin karena banyak mengandung garam yang dianggap dapat menyebabkan hipertensi. Sedangkan pantangan makanan yang dijalani selama ibu menyusui yaitu makanan yang pedis dan bersantan karena dianggap dapat berpengaruh pada ASI, udang juga tidak dianjurkan karena dianggap dapat menimbulkan alergi pada ibu dan bayi. Pantangan makanan ini dipercaya karena berdasarkan atas hubungan asosiatif antara bahan makanan tersebut menurut bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan dan diasuh. Jantung pisang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral terutama fosfor, kalsium dan zat besi maupun vitamin seperti beta karotin (pro vitamin A), Vitamin B1 dan C dan juga mengandung serat yang cukup tinggi. Kandungan yang terdapat dalam jantung pisang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh guna tercukupinya nutrisi dan aneka gizi (Rahim, 2013).

Precriptive Element

Pemeriksaan kehamilan bukan merupakan sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar. Masyarakat Toraja mengerti betul keman mereka harus memeriksakan kehamilan mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa pada masyarakat suku toraja di wilayah kerja puskesmas Mekar berpendapat bahwa pemeriksaan kehamilan harus dilakukan untuk dapat mengetahui kondisi dan perkembengan janin di dalam kandungan sehingga ketika terdapat masalah kesehatan yang tidak diinginkan pada janin atau ibunya bisa diatasi secepatnya (Lamama, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan Wahyuni (2013) mengenai faktor determinan pemanfaatan pelayanan antenatal di Wilayah kerja puskesmas batua kecamatan manggala kota Makassar mengatakan bahwa Ibu yang berpengetahuan cukup lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini disebabkan karena ibu yang berpengetahuan cukup peduli dengan kesehatannya dan terdapat perhatian terhadap keadaan kehamilannya.

Perilaku pada masa kehamilan dan pada saat pengasuhan bayi adalah upaya mempertahankan kesehatan individu pada saat hamil maupun pada saat mengasuh bayi. Masyarakat Toraja memiliki perilaku-perilaku yang dilakukan untuk menempatkan dirinya agar tetap sehat dan menjaga kehamilannya. seperti pemeriksaan kehamilan, banyak bergerak, makan makanan bergizi, jalan pagi, dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk menjaga dan memudahkan dalam proses kelahiran nantinya.

Dalam hal pengasuhan bayi terdapat perilaku-perilaku yang harus dilakukan untuk merawat, menjaga kelangsungan hidup bayi itu sendiri. Masyarakat Toraja juga memiliki persepsi dalam hal pengasuhan bayi. Masyarakat suku Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar memiliki perilaku yang harus dilakukan selama mengasuh bayi yaitu merawat bayi dengan baik memberikan ASI agar kesehatan dan keselamatan bayi terjaga serta ikut imunisasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soge (2016) mengenai Persepsi Ibu Suku Mandailing Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir Di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas mengatakan bahwa perawatan bayi baru lahir oleh perawat maternitas masih perlu untuk memperbaiki persepsi ibu terhadap perawatan bayi, karena kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesehatan dan perawatan yang diberikan saat lahir dan hari-hari pertama kehidupannya.

Usia bayi dan jenis makanan yang diberikan merupakan faktor yang sangat penting dalam hal pemberian makan pada bayi. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis yang tepat untuk mengurangi rresiko kehilangan zat gizi bayi. Aspek budaya juga memegang peranan penting dalam hal pemberian makan pada bayi. Masyarakat suku Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar dalam hal pemberian makan pada bayi yaitu memberikan ASI dan makanan pendamping ASI (bubur tepung merah, pisang Ambon dan bubur campur) setelah 6 bulan ke atas. Mereka mengetahui pemberian makanan pendamping ASI dilakukan pada usia 6 bulan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sattu (2012) mengenai pemberian ASI ibu menyusui yang tidak ekslusif pada suku Balantak Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah mengatakan bahwa pemberian ASI adalah sebuah kewajiban bagi seorang ibu. Suku Balantak memandang ASI sebagai minuman. Oleh karena itu, diperlukan prelaktral berupa madu, pisang emas, pisang raja dan bubur pada bayi serta adanya tradisi mintelen. Dimana prelaktal dipersepsikan sebagai makanan, obat, harapan serta memperkenalkan budaya Balantak pada bayi (Sattu, 2012).

Terapi pijat telah banyak dikenal menjadi alternatif perawatan dan pengobatan sejak dahulu. Tak terkecuali dalam hal kehamilan dan pengasuhan bayi. Pijat merupakan terapi luar yang sangat mujarab dan diandalkan dalam pengobatan berbagai penyakit. Bila pemijatan dilakukan dengan benar, maka banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh seperti dapat membuat lebih rileks dan dapat membantu menstimulasi saraf otak. masyarakat suku Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar masih melakukan terapi pijat untuk mengetahui bagaimana letak atau posisi bayi di dalam kandungan dan juga berguna untuk tubuh bayi. Frekuensi dilakukannya terapi pijat pada suku Toraja berbeda tiap orang tergantung dari keluhan-keluhan yang dialami oleh ibu hamil ataupun bayi.

Cognitive Elements

Masyarakat suku Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar berpendapat bahwa tidak adanya kepercayaan yang diyakini selama ibu hamil selama kehamilan. Mereka hanya mematuhi pantangan-pantangan yang dilarang atas dasar kepatuhan terhadap orang tua, kebiasaan orang tua dulu yang melekat pada tradisi suku Toraja.

Budaya yang ada dalam suatu komunitas mempunyai peranan penting dalam menyediakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan bayi. Oleh karena itu, jika budaya yang ada mengandung seperangkat keyakinan yang dapat melindungi perkembangan bayi maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orang tua kemungkinan juga berdampak positif terhadap perkembangan bayi. Sebaliknya jika ternyata keyakinan yang ada dalam budaya masyarakat setempat justru memperbesar munculnya faktor risiko maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orang tua akan menyebabkan perkembangan yang negatif.

Masyarakat suku Toraja memiliki kepercayaan tertentu terhadap pengasuhan bayi dalam hal pandangan budaya mengenai plasenta. Plasenta dipotong, dibersihkan, dibungkus, dan ditanam dirumah bagian timur karena dianggap kehidupan dianalogikan seperti matahari yang terbit dari timur. Upacara tersebut disebut aluk ma’lolo. Namun, tidak semua masyarakat Toraja melakukan kepercayaan itu karena adanya pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2019) mengenai Perilaku Kehamilan, Persalinan dan Nifas Terkait dengan Budaya Kesehatan pada masyarakat Jawa di Wilayah Kabupaten Sukoharjo mengatakan bahwa masyarakat Kabupaten Sukoharjo masih melakukan upacara penguburan plasenta. Adat pembuangan plasenta diuraikan upacara dengan penguburan daripada dihanyutkan atau cara yang lainnya.

Simpulan

Terdapat variasi pola perawatan kehamilan dan pengasuhan bayi pada masyarakat suku Toraja di wilayah kerja Puskesmas Mekar baik segi valuational element, precriptive element maupun cognitive element. Masyarakat suku toraja tidak memiliki kepercayaan khusus selama kehamilan namun dalam hal pengasuhan bayi memiliki kepercayaan/budaya tertentu dalam hal perlakuan terhadap plasenta yang di sebut aluk ma’lolo. Oleh karena itu, edukasi dengan pendekatan berbasis budaya lokal tetap bisa dilakukan sepanjang tidak menggangu/bertentangan dengan aspek kesehatan dan keselamatan ibu dan anak.

Daftar Pustaka

Dinkes Prov. Sultra. (2013). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2012. Sulawesi Tenggara.

Ipa, M., Prasetyo, D. A., & Kasnodihardjo, K. (2016). Praktik Budaya Perawatan Dalam Kehamilan Persalinan Dan Nifas Pada Etnik Baduy Dalam. Indonesian Journal of Reproductive Health, 7(1), 25-36.

Imelda, R. (2010). Panduan Kehamilan & Perawatan Bayi Dari AZ. Surabaya: Victory.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Profil data Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

Kartika, V., & Agustiya, R. I. (2019). Budaya Kehamilan Dan Persalinan Pada Masyarakat Baduy, Di Kabupaten Lebak, Tahun 2018. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(3), 192-199.

Lamama, V., Solang, S. D., & Korompis, M. D. (2015). Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 3(1), 66-72.

Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Egc.

Rahim, Muarifah, dkk. (2013). Gambaran Perilaku Ibu Hamil Terhadap Pantangan Makan Suku Toraja Di Kota Makassar Tahun 2013. Universitas Hasanuddin. Makassar

Saryono dan Mekar Dwi Angraeni. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta

Sattu, m. (2013). Pemberian asi ibu menyusui yang tidak ekslusif pada suku balantak kabupaten banggai, sulawesi tengah,(Study Kualitatif) (Doctoral dissertation, Universitas Hassanuddin).

Soge, E. M. T., Kiling-Bunga, B. N., Thoomaszen, F. W., & Kiling, I. Y. (2016). Persepsi ibu terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak usia dini. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 8(2), 85-92.

Wahyuni, S., Thaha, R. M & Suriah. (2013).. Konsep perawatan kehamilan etnis makassar di Kabupaten jeneponto (the concept of prenatal care for makassar ethnic group in jeneponto). Makassar: laporan hasil penelitian. Bagian promosi kesehatan dan ilmu perilaku, fakultas kesehatan masyarakat, Universitas hasanuddin. Makassar: Research Report. Department of Health Promotion and Behavioral Sciences, The Faculty of Public Health, Hasanuddin University.

Published
2022-06-28
Section
Artikel
Abstract viewed = 431 times