POSISI MATAHARI DALAM MENENTUKAN WAKTU SHALAT MENURUT DALIL SYAR’I
Abstract
ABSTRAKSecara astronomis, yang menjadi patokan untuk menentukan awal dan akhirnya waktu salat adalah letak posisi matahari dalam perjalanan semu di sekitaran Ekliptika. Awal waktu salat Zuhur yaitu pada saat posisi matahari berada di titik 0o derajat atau berada tepat di garis meridian langit. Masuknya awal waktu Asar dimulai saat posisi matahari berada di titik 51o derajat, terhitung dari garis meridian langit. Masuknya awal waktu Magrib dimulai pada saat posisi matahari -01o derajat dibawah ufuk bagian barat atau 91o derajat dari garis meridian. Sedangkan, masuknya awal waktu salat Isya dimulai pada saat posisi matahari -18o derajat di bawah ufuk barat atau 108o derajat dari garis meridian. Dan awal waktu Subuh dimulai pada saat posisi matahari berada di titik -20o derajat di bawah ufuk timur atau 110o derajat dari garis meridian. Dalam Hukum Islam masuknya waktu salat ditandai dengan hal-hal sebagai berikut, salat Zuhur dimulai saat matahari tergelincir hingga bayangan suatu benda sama panjangnya dengan benda tersebut. Waktu salat Asar dimulai saat berakhirnya waktu Zuhur yakni, bayangan suatu benda melebihi bendanya sedikit sampai sempurna terbenamnya piringan Matahari. Waktu salat Magrib dimulai saat terbenamnya Matahari sampai hilang mega merah. Waktu salat Isya dimulai saat telah hilang mega merah sampai terbit fajar kedua, yakni fajar shadiq. Waktu salat Subuh dimulai ketika tampak fajar kedua, sampai terbit bagian atas piringan Matahari.
Keyword : Matahari, Waktu salat dan dalil syar’i
References
DAFTAR PUSTAKA
A. Jamil. Ilmu Falak Teori dan Aplikasi. 4 ed. Jakarta: AMZAh, 2016.
A. Kadir. Formula Baru Ilmu Falak. 1 ed. Jakarta: AMZAH, 2012.
Abu Yazid Raisal, DKK. “Pemanfaatan Metode Moving Average dalam Menentukan Awal Waktu Salat Subuh Menggunakan Sky Quality Meter (SQM). Al-Marshad: tgl 1 Juni.” Jurnal Astronomi Islam Dan Ilmu-Ilmu Berkaitan. 5 (2019).
Alimuddin. “persepktif syar’I dan sains awal waktu sahalat, jurnal . desember.” Al-daulah 1, no. 1 (2012).
Butar-Butar A. J. “Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan. (Purwokerto: UM Purwokerto Press. 2016). dalam Abu Yazid Raisal DKK, 2019, Pemanfaatan,” t.t.
Direktorat Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah. Ilmu Falak Praktik. 1 ed. Jakarta: Kementerian Agama, 2013.
Hendri. “Fenomena Fajar Shadiq Penanda Awal Waktu Shalat Subuh, Terbit Matahari, Dan Awal Waktu Dhuha.” ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam Vol. 02, no. 02 (2017).
Ibn Ḥajar al-ʻAsqalānī, Aḥmad ibn ʻAlī. Fathul Baari syarah: Sahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.
Ibn Majar Al-atsqalany. Bulughul Marom. Cetakan 2. Alharomain, t.t.
Imam Taqiyuddin Abi Bakrin Muhammad, Alhasini. Kifayatul Akhyar Fi Halli Ghayatil Ikhtisar. Vol. 1. 2 vol. Alharamain Jaya Indonesia, 2005.
Jamil, A. Ilmu falak (teori & aplikasi): arah qiblat, awal waktu, dan awal tahun (hisab kontemporer). Jakarta: Amzah, 2014.
Muh. Ma’rufin Sudibyo. Ensiklopedia Fenomena Alam Dalam Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina, 2012.
———. Ensiklopedia Fenomena Alam Dalam Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina, 2012.
Muhyiddin Khazin. Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
Ridwan Abdullah Sani. Sains Berbasis al-Quran. 1 ed. Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2015.
Suiknan Azhari. Ensiklopedia Hisab Rukyat. 1 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Susiknan Azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Tahmid amri Tim Falakiyyah Pondok Pesantren Al-Basyariah. “Waktu shalat perspektif syar’i.” jurnal asy-ariyah Vol. 16, no. No. 3 (2014).
Watni Marpaung. Pengantar Ilmu Falak. 1 ed. Jakarta: kencana, 2015.