Hubungan Upaya Pengendalian Terhadap Kasus Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi

  • Dedi Mahyudin Syam Poltekkes Kemenkes Palu
    (ID)
  • Andi Bungawati Poltekkes Kemenkes Palu
    (ID)
  • Elvyrah Faisal Poltekkes Kemenkes Palu
    (ID)

Abstract

Schistosomiasis di Indonesia, disebabkan oleh Schistosoma japonicum ditemukan endemik di dua daerah di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi Napu. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Muller dan Tesch pada tahun 1937. Pada tahun yang sama, Desa Tomado dinyatakan sebagai daerah endemis schistosomiasis oleh Brug dan Tesch, akan tetapi hospes perantara cacing penyebab penyakit tersebut baru ditemukan pada tahun 1971 yaitu siput Oncomelania di persawahan Paku, Desa Anca, Daerah Lindu. Davis dan Carney menamakannya Oncomelania hupensis lindoensis.

Tujuan penelitian diketahuinya faktor determinan terhadap Kasus Schistosomiasis Di Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi. Jenis penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian case control. Penelitian dilaksanakan di dataran tinggi Lindu Kabupaten Sigi. Sampel dalam penelitian ini terbagi atas kasus dan kontrol yang diambil berdasarkan matching jenis kelamin dan umur, dengan jumlah perbandingan 1:1.Jumlah sampel 44 orang terdiri dari 22 kasus dan 22 kontrol. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan metode nonrandom yaitu purposive sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.

Hasil penelitan penggunaan sarana air bersih 21 orang (95,5%) kasus menggunakan sarana air bersih, 1 Orang (4,5%) kasus tidak menggunakan sarana air bersih, kontrol 19 orang (86,4%)  menggunakan sarana air bersih 3 orang (13,6%) tidak menggunakan sarana air bersih, dengan nilai p=0.607,kasus menggunakan jamban keluarga 18 orang (81,8%) dan 4 orang (18,2) tidak menggunakan,kontrol menggunakan jamban keluarga 21 orang (95,5%), 1 orang (4,5%) tidak menggunakan, nilai p=0,345, penggunaan APD kasus 1 orang (4,5%) dan 21 orang (95,5%) tidak menggunakan APD, kontrol 15 orang (68,5%) menggunakana APD, 7 orang (31,8%) tidak menggunakan APD,nilai p=0,000, peran kader jumlah kasus 1 orang (4,5%) berperan, 21orang (95,5%) tidak berperan, kontrol 17 orang (77,3%) berperan, 5 orang (22,7%) tidak berperan, nilai p=0,000.

Kesimpulan penggunaan sarana air dan penggunaan jamban keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Schistosomiasis. Ada hubungan bermakna penggunaan APD dan Peran kader dengan kejadian Schistosomiasis.

 

Kata Kunci : Upaya Pengendalian,Schistosomiasis

References

Arsyad Anshayari. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013. UPT Surveilans, Data dan Informasi.

Azhar, J., Susilawaty, A., & Saleh, M. (2016). Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan di Dusun Kokoa Desa Marannu Kecamatan Lau Kabupaten Maros Tahun 2015 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Abd. Nasir, Abdul Muhith, dan M.E. Ideputri. (2011). Buku Ajar Metodelogi Penelitian.Muha Medika. Yogyakarta.

Chandra Budiman. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan.Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi. (2016). Presentase Akses Air Minum dan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Menurut Puskesmas Lindu di Wilayah Kabupaten Sigi Tahun 2016. Palu

Fadjar Satrija, Sri Murtini, Made Agus Nurjana. (2015). Deteksi Antigen Ekskretori-Sekretori Schistosoma japonicum dengan Metode Elisa Pada Penderita Schistosomiasis di Napu Sulawesi Tengah. Balai Litbang P2B2 Dinggala, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Masitudju No.58 Kec. Labuan Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia. Institut Pertanian Bogor.

Gandahusada S, Herry H, Pribadi W. (1998). Parasitologi Kedokteran. Balai penerbit FKUI, Jakarta.

Hasfah. (2013). Karakteristik habitat dan morfologi siput Ongcomelania hupensis lindoensis sebagai hewan reservoir dalam penularan schistosomiasis pada manusia dan ternak di taman nasional Lore Lindu. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol.20 No.2

Laboratorium Schistosomiasis. (2015). Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Schistosomiasis di Kabupaten Sigi. Palu.

Laporan Puskesmas Lindu. (2015).

Maryunani Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Trans Info Media : Jakarta.

Notoatmodjo S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta

O.G. Ajakaye. (2016). Parasite Epidemiology and Control 1 . 98–104

Nurjana Made Agus, Samarang. (2012). Infeksi Shistosoma japonicum pada hospes reservoir tikus di Dataran Tinggi Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2012. Balai Litbang P2B2, Donggala. Media Litbangkes, Vol. 23 No.3

Rosmini, Soeyoko dan Sri Sumarni. (2010). Penularan Schistosomiasis di Desa Dodolo dan Mekarsari Dataran Tinggi Napu Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan Vol. XX No.3

Sujono, Abiwiwoho, dan Aris Budianto. (2010). Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-A.Jakarta : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II

Soedarto. (2003). Zoonosis Kedokteran. Airlangga University Press : Surabaya

Syafrudin, Ayi Diah Damayani, Delmaifanis. (2011). Himpunan Penyuluhan Kesehatan.Trans Info Media : Jakarta

Tambunan Kamariah, Sasiwi Prapti, Mulawardana Junaedi, dan Lukman, 2007. Danau Lindu. LIPI Press, Jakarta.

Veridiana Ni Nyoman dan Sitti Chadijah. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masyarakat dalam mencegah Penularan Schistosomiasis di Dua Desa di Dataran Tinggi Napu Kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2010. Media Litbangkes Vol 23 No. 3

Wicaksono Ardilasunu. (2010). Schistosomiasis. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor

Zulkifli.(2006).Posyandu dan Kader Kesehatan. USU: FKM (FakultasKesehatanMasyarakat).

Published
2018-08-25
How to Cite
Syam, D. M., Bungawati, A., & Faisal, E. (2018). Hubungan Upaya Pengendalian Terhadap Kasus Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi. HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(1), 54-61. https://doi.org/10.24252/higiene.v4i1.5841
Abstract viewed = 628 times