PERANCANGAN YANG KONTEKSTUAL: BELAJAR DARI THOMAS KARSTEN
Abstract
Abstrak_ Keberagaman gaya bangunan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh masuknya Belanda ke Indonesia. Arsitektur Hindia Belanda masuk ke Indonesia sebelum Perang Dunia II dan dipelopori terutama oleh Thomas Karsten dan Henri Mecalien Pont. Dalam karyanya, Thomas Karsten selalu memperhatikan budaya lokal dan iklim setempat, hal ini sejalan dengan prinsip arsitektur kontekstual. Arsitektur kontekstual berusaha untuk menjadi arsitektur yang berkontribusi kepada sekitarnya dengan menyelaraskan bangunan baru, dengan tidak melupakan konteks lingkungan di mana bangunan tersebut dibangun, salah satunya dengan memperhatikan nilai lokalitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karya Thomas Karsten mengenai rancangan kontekstual yang menjunjung nilai-nilai lokal dan diharapkan dapat diterapkan secara nyata pada masa kini maupun mendatang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan tinjauan pustaka untuk mencari kata kunci yang akan dianalisis mengenai arsitektur kontekstual. Objek yang dianalisis adalah karya Thomas Karsten, yaitu Gedung Teater Rakyat Sobokartti, Pasar Gede Solo, dan Bangunan Jiwasraya Semarang. Aspek yang dianalisis adalah, hubungan bangunan dengan sekitar, aspek fisik, aspek non-fisik, dan sifat kontras/ harmonis. Dari ketiga bangunan, ditemukan persamaan dari rancangan yang kontekstual yaitu, (1) bangunan merupakan campuran dari arsitektur Belanda dan Jawa, (2) ada nilai budaya setempat yang diterapkan, (3) sifat harmonis yang dominan, dan (4) penyesuaian bangunan dengan iklim setempat.
Kata kunci : Arsitektur Kontekstual; Thomas Karsten.
Abstract_ The arrival of the Dutch to Indonesia was one of the factors that influence the diversity of Indonesian building styles. Dutch East Indies architecture entered Indonesia before World War II and was pioneered especially by Thomas Karsten and Henri Mecalien Pont. Thomas Karsten always pays attention to local culture and climate, the principles of contextual architecture. Contextual architecture strives to contribute to its surroundings by aligning the new building, by not forgetting the environment context where the building is built, especially the locality value. This study aims to learn Thomas Karsten's work on contextual design and is expected to be applied in real terms. Qualitative research method is used by doing a literature review to find keywords to be analyzed regarding contextual architecture. The objects analyzed are Thomas Karsten’s work, Sobokartti People's Theater Building, Gede Market Solo, and Jiwasraya Building Semarang. The analyzed aspects are the relationship of the building with the surroundings, the physical aspect, the non-physical aspect, and the contrast/harmonious trait. From the three buildings, there are similarities from the contextual design: (1) the mixture of Dutch and Javanese architecture, (2) local cultural values that are applied, (3) harmonious traits, and (4) building adjustments to local climate.
Keywords : Contextual Architecture; Thomas Karsten.
Downloads
References
Alhamdani, Muhammad Ridha. 2010. “Strategi dan Aplikasi Pendekatan Kontekstual Dalam Perancangan Karya Arsitektual Renzo Piano.” Universitas Gadjah Mada.
Antonius, Ardiyanto, Djunaedi Achmad, Ikaputra Suryabrata, Dan Djadmika Adi. 2014. “The Concept of Modern Dutch Colonial Architecture To the Development of Javanese Architecture.” DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment) 41 (1): 37–42. https://doi.org/10.9744/dimensi.41.1.37-42.
Ardiyanto, Antonius, Achmad Djunaedi, dan Jatmika Adi Suryabrata. 2015. “The Architecture of Dutch Colonial Office in Indonesia and the Adaptation to Tropical Climate.” International Hournal of Scientific and Research Publication 5 (4): 1–7.
Cantya, Dhina. 2020. “Mengulas Sejarah Gedung Jiwasraya Kota Lama Semarang.” solopos.com, 2020. https://www.solopos.com/mengulas-sejarah-gedung-jiwasraya-kota-lama-semarang-1057734.
Dantrivani, Rakaditya, Hardiyanti, dan Sumaryoto. 2021. “Penerapan Arsitektur Kontekstual Pada Community Learning Center untuk Anak Putus Sekolah di Kapuk, Jawa Barat.” Senthon Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur 4 (1): 240–49.
Ekomadyo, Agus S. 2012. “Menelusuri Genius Loci Pasar Tradisional sebagai Ruang Sosial Urban di Nusantara.” Semesta Arsitektur Nusantara.
Harsasto, Priyatno. 2018. “Strategi Pembangunan Kota Berbasis Budaya: Revitalisasi Pasar Gede Di Kota Surakarta.” Politika: Jurnal Ilmu Politik 9 (1): 35–46. https://doi.org/10.14710/politika.9.1.2018.34-46.
Herlambang, Rudy W, Mohammad Suharto, Nadia Sigi Prameswari, Jalan Ir Sutarmi, dan Kota Surakarta. 2017. “Pengenalan Cagar Budaya Pasar Gede Harjonagoro Surakarta Bagi Generasi Muda Melalui Video Time Lapse.” Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya 2 (2): 130–41.
Jessup, Helen. 1985. “Dutch Architectural Visions of the Indonesian Tradition.” Muqarnas 3 (Juni): 138–61. https://doi.org/10.2307/1523090.
Jiwasraya. n.d. “Tentang Jiwasraya.” https://www.jiwasraya.co.id/?q=id/timeline.
L.M.F. Purwanto. 2004. “Kenyamanan Termal Pada Bangunan Kolonial Belanda Di Semarang.” DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur) 32 (2): 138–49. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/16185.
Rahayuningtyas, Novitasari. 2017. “Penerapan Arsitektur Kontekstual Dalam Perancangan Kawasan Wisata Budaya Samin Di Blora.” Arsitektura 15 (2): 378. https://doi.org/10.20961/arst.v15i2.15406.
Riswari, Aninditya Ardhana. 2018. “Mengulik Pasar Gede Solo, Pasar Tradisional Terbaik di Jawa Tengah.” Good News From Indonesia ID. 2018. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/05/21/mengulik-pasar-gede-solo-pasar-tradisional-terbaik-di-jawa-tengah.
Roosmalen, Pauline K. M van. 2002. “Image, Style and Status: a Sketch of the Role and impact of private Enterprise as a Commissioner on Architecture and Urban Development in the Dutch East Indies from 1870 to 1942.” Journal of southeast Asian Architecture 6: 61–74.
Setiawan, Deni Wahyu, Agung Budi Sardjono, Raden Siti Rukayah, dan Bangun IR Harsritanto. 2020. “Struktur Formal Fasade Bangunan Utama Bersejarah (Kawasan Kota Lama Semarang).” Modul 20 (01): 75–83. https://doi.org/10.14710/mdl.20.01.2020.75-83.
Soemardjan, Selo. 1991. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Sukada, Nabila Qirala, dan Purnama Salura. 2020. “Ekspresi-dasar arsitektural pada bangunan pusat kebudayaan Objek studi : Volkstheater Sobokartti di Semarang, Indonesia.” ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur 5 (1): 17–26.
Sumalyo, Y. (1995). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Vera D. Damayanti. 2018. “Semarang - The City of Thomas Karsten.” Persepsi Lanskap. 2018. http://veradd.staff.ipb.ac.id/2018/03/15/semar ang-the-city-of-thomas-karsten/.
Widati, Titiani. 2015. “Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright.” Jurnal Perspektif Arsitektur 10 (1): 38–44. https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JTA/article/view/857/696.
Wolford, Jane N. 2005. “Architectural contextualism in the twentieth century, with particular reference to the architects E. Fay Jones and John Carl Warnecke.” Georgia Institute of Technology.
Yulianto Babel. 2019. “Mengintip Gedung Sobokartti Semarang, Peninggalan Arsitek Belanda Thomas Karsten.” Halo Semarang ID. 2019. https://halosemarang.id/mengintip-gedung-sobokartti-semarang-peninggalan-arsitek-belanda-thomas-karsten.
Copyright (c) 2022 Sidhi Pramudito, Fabiola Chrisma Kirana Analisa, Trias Mahendarto, Atmadji, Brigita Murti Utaminingtyas
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
By submitting your manuscript to our journal, you are following Copyright and License