POLA SPASIAL INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBANGUNAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

  • Gilang Adinugroho Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
    (ID)
  • Imam Arifa’ilah Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
    (ID)
  • Selvi Elvina Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
    (ID)
  • Inriyatni S Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
    (ID)
  • Aisyah T Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan beragam kondisi geografis, dari pesisir sampai pegunungan. Keragaman tersebut dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan. Selama ini pusat pertumbuhan berada di wilayah dengan topografi datar. Pembangunan di wilayah bergunung dan berbukit menyebabkan biaya menjadi lebih mahal. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang pembangunannya masih tertinggal di DIY dan Karakteristik fisiknya lebih kompleks dibandingkan daerah lain. Analisa pola spasial IKG akan memudahkan menentukan lokasi prioritas pembangunan di Gunungkidul. Tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi pola spasial IKG 2) Mengidentifikasi pola spasial tingkat pembangunan desa, 3) Mengidentifikasi hubungan IKG dengan tingkat pembangunan desa di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Analisis pola spasial menggunakan SIG dan analisis hubungan menggunakan korelasi pearson. Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Gunungkidul paling tinggi dibandingkan di DIY. Hasil analisis menunjukkan bahwa 38 desa termasuk dalam klasifikasi rendah, 64 desa (sedang) dan 42 desa berklasifikasi tinggi. Desa dengan kesulitan geografis tinggi relatif banyak di bagian utara dan selatan. Indeks Pembangunan Desa Gunungkidul juga paling rendah di DIY. Desa-desa yang lebih maju berada di bagian tengah kabupaten. Hal ini dimungkinkan daerahnya yang datar, dilalui jalur strategis dan dekat dengan pusat pertumbuhan. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan sangat kuat antara IKG dengan IPD dengan arah negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah nilai IKG maka semakin besar nilai IPD, begitu juga sebaliknya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adisasmita, R. (2008). Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha Ilmu.

BPS. (2014). Indeks Pembangunan Desa. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS. (2015). Kabupaten Gunungkidul dalam Angka Tahun 2015. Wonosari: Badan Pusat Statistik.

Kraak, M. J., & Ormeling, F. (2007). Kartografi, Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta: UGM Press.

Kuncoro, M. (2014). Pembangunan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Kurnia, D. (2009). Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Antarnegara : Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Semarang: Tesis : Universitas Diponegoro.

Muta'ali, L. (2014). Kapita Selekta Pembangunan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Muta'ali, L. (2014). Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Ritohardoyo, S. (2007). Perubahan Permukiman Perdesaan Pesisir Kabupaten Gunungkidul DIY Tahun 1996-2003. Forum Geografi, 23-33.

Santoso, L. W., & Adji, T. N. (2014). Karaktersitik Ekuifer dan Potensi Air Tanah Graben Bantul. Yogyakarta: UGM Press.

Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Published
2016-11-02
How to Cite
Adinugroho, G., Arifa’ilah, I., Elvina, S., S, I., & T, A. (2016). POLA SPASIAL INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBANGUNAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL. Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 5(2), 158 -170. https://doi.org/10.24252/jpm.v5i2.1579
Section
ARTICLES
Abstract viewed = 1573 times