INTERAKSI SPASIAL DI KOTA TERPADU MANDIRI LUNANG SILAUT KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT
Abstract
Interaksi spasial merupakan interaksi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Interaksi spasial mengarah pada pergerakan orang, barang, dan informasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Interaksi antar tempat ini bisa terjadi di mana saja melalui adanya manusia dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruang. Salah satu area yang terdapat interaksi spasial di dalamnya yaitu kawasan transmigrasi. Salah satu kawasan transmigrasi yaitu Kota Terpadu Mandiri (KTM). Penelitian ini berlokasi di KTM Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan KTM Lunang Silaut dan interaksi spasial di KTM Lunang Silaut baik itu proses, perkembangan maupun fenomena lain yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan induktif-kualitatif. Di tahap awal akan dilakukan penurunan kisi-kisi terkait apa saja yang harus diamati di lapangan. Pendekatan induktif-kualitatif dilakukan melalui pengolahan data dan informasi yang diperoleh di lapangan menjadi unit-unit informasi yang lebih abstrak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa interaksi spasial di KTM Lunang Silaut merupakan interaksi spasial yang terbatas. Prinsip-prinsip pembentuknya yaitu jangkauan pelayanan, interaksi fisik, interaksi sosial, dan interaksi ekonomi yang juga masih terbatas. Keterbatasan interaksi spasial tersebut menjadi penyebab belum berkembangnya KTM menjadi kawasan perkotaan.
Downloads
References
Abler,Ronald; John S. Adams; dan Peter Gould. (1971). Spatial Organization: The Geographer’s View of The World. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Batty, M. (2012). Spatial Interaction, Encyclopedia of Geographic Information science. Ed. Thousand Oaks, CA: SAGE 2007,417-19, SAGE Reference Online.
Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2008). Masterplan Kota Terpadu Mandiri Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat
De Blij, Harm J. (1981). Geography, Region, and Concepts. United State of America: John Wiley and Sons, Inc.
Haynes, K E. and A. S. Fotheringham. (1984). Gravity and Spatial Interaction Models. Sage-Publications.
Gulhan, Gorkem, Halim Ceylan, dan Soner Haldenbilen. (2014). Evaluation of Residential Area Proposals Using Spatial Interaction Measure: Case Study of Denizli, Turkey. Procedia - Social and Behavioral Sciences 111 ( 2014 ) 604 – 613.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: kep.214/men/v/2007 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri di Kawasan Transmigrasi.
Paliou, Eleftheria dan Andrew Bevan. (2016). Evolving settlement patterns, spatial interaction and the socio-political organisation of late Prepalatial south-central Crete. Journal of Anthropological Archaeology 42 (2016) 184–197.
Richardson, H. W. (1979). Spatial Interaction Theory and Planning Models. by Anders Karlqvist; Lars Lundqvist; FolkeSnickars; Jörgen W. Weibull. Book Review. Journal of Economic Literature, Vol. 17, No. 2 (Jun., 1979), pp. 603-605.
Ullman, E. L. (1980). Geography as Spatial Interaction. Seattle: University of Washington Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
Weishaguna. (2007). Gagasan Teori Perkembangan Wilayah Berbasis Transformasi Sosial. Jurnal PWK Unisba 17759-19739-1-PB.
Yin, R. K. (2009). Case Study Research: Design and Methods. United States of America: Sage Publication, Inc.
Copyright (c) 2019 Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
By Submitting your manuscript to our journal, your are following Copyright & License