DUALISME PENERIMAAN SARANA DAN PRASARANA DI HUNIAN TETAP PAGERJURANG, KABUPATEN SLEMAN
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penerimaan masyarakat terhadap sarana prasarana yang ada di hunian tetap. Sarana prasarana yang diteliti adalah masjid, rumah produksi, balai dusun, gedung serbaguna, kandang kelompok, tempat pembuangan sampah terpadu, dan listrik. Lokasi penelitian adalah di Hunian Tetap Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman. Lokasi ini dipilih karena kaya informasi dan dapat digunakan untuk penelitian secara mendalam. Penelitian ini menggunakan metode induktif-kualitatif. Cara pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Informan dipilih berdasarkan warga yang mengetahui proses pembangunan sarana prasarana dan pengguna utama sarana prasarana yang diambil secara proporsional dari ketiga blok. Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat dualisme di dalam penerimaan sarana prasarana yang ada di Hunian Tetap Pagerjurang. Sebagian warga mau menggunakan sarana prasarana dan sebagian lagi tidak mau. Kondisi fisik yang bagus, lokasinya yang ada di masing-masing blok, dan ketercukupan sarana prasarana merupakan alasan-alasan mengapa warga mau menggunakan sarana prasarana tersebut. Sebaliknya, warga yang tidak mau menggunakan adalah karena jaraknya yang jauh menurut warga, ketidaktahuan keberadaan sarana prasarana, ketidakjelasan kepemilikan sarana prasarana, dan kekecewaan warga terhadap perubahan siteplan.
Downloads
References
Abler,Ronald; John S. Adams; dan Peter Gould. (1971). Spatial Organization: The Geographer’s View of The World. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Batty, M. (2012). Spatial Interaction, Encyclopedia of Geographic Information science. Ed. Thousand Oaks, CA: SAGE 2007,417-19, SAGE Reference Online.
Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2008). Masterplan Kota Terpadu Mandiri Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat
De Blij, Harm J. (1981). Geography, Region, and Concepts. United State of America: John Wiley and Sons, Inc.
Haynes, K E. and A. S. Fotheringham. (1984). Gravity and Spatial Interaction Models. Sage-Publications.
Gulhan, Gorkem, Halim Ceylan, dan Soner Haldenbilen. (2014). Evaluation of Residential Area Proposals Using Spatial Interaction Measure: Case Study of Denizli, Turkey. Procedia - Social and Behavioral Sciences 111 ( 2014 ) 604 – 613.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: kep.214/men/v/2007 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri di Kawasan Transmigrasi.
Paliou, Eleftheria dan Andrew Bevan. (2016). Evolving settlement patterns, spatial interaction and the socio-political organisation of late Prepalatial south-central Crete. Journal of Anthropological Archaeology 42 (2016) 184–197.
Richardson, H. W. (1979). Spatial Interaction Theory and Planning Models. by Anders Karlqvist; Lars Lundqvist; FolkeSnickars; Jörgen W. Weibull. Book Review. Journal of Economic Literature, Vol. 17, No. 2 (Jun., 1979), pp. 603-605.
Ullman, E. L. (1980). Geography as Spatial Interaction. Seattle: University of Washington Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
Weishaguna. (2007). Gagasan Teori Perkembangan Wilayah Berbasis Transformasi Sosial. Jurnal PWK Unisba 17759-19739-1-PB.
Yin, R. K. (2009). Case Study Research: Design and Methods. United States of America: Sage Publication, Inc.
Copyright (c) 2019 Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
By Submitting your manuscript to our journal, your are following Copyright & License