Survei dan inventarisasi keanekaragaman jenis Nepenthes spp. di Kalimantan Tengah

  • Fitri Damayanti Universitas Indraprasta PGRI
    (ID)
  • Muhammad Mansur Pusat Penelitian Biologi LIPI
  • Ika Roostika Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-BIOGEN)

Abstrak

Kegiatan eksplorasi keanekaragaman tanaman Nepenthes dilakukan di Kalimantan Tengah dengan lokasi Hampangen, Pendahara, Hampalit, dan Honggang. Kegiatan ini meliputi: pemeriksaan spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, kunjungan ke pembibitan Nepenthes di Palangkaraya, komunikasi pribadi dengan para penghobi Nepenthes di Palangkaraya, dan studi literatur yang digunakan untuk mengetahui keragaman Nepenthes di lokasi penelitian. Hasil kegiatan eksplorasi dan koleksi di empat lokasi penelitian yang berada di Kabupaten Katingan maka dapat dilaporkan bahwa terdapat 12 jenis Nepenthes yang terbagi dalam lima jenis murni dan tujuh jenis hibrid alami, antara lain adalah: N. gracilis, N. mirabilis, N. rafflesiana, N. ampullaria, N. reinwardtiana, N. rafflesiana x N. ampullaria (N. xhookeriana), N. gracilis x N. mirabilis (N. xneglecta), N. ampullaria x N. gracilis (N. xtrichocarpa), N. reinwardtiana x N. mirabilis, N. reinwardtiana x N. gracilis, N. reinwardtiana x N. rafflesiana, dan N. rafflesiana x N. mirabilis. Akan tetapi tiga jenis Nepenthes yang menjadi koleksi utama, yaitu: N. hirsuta, N. hispida, dan N. stenophylla tidak terdapat pada keempat lokasi tersebut. Hal ini diduga karena telah terjadi kerusakan pada habitat aslinya yang berubah menjadi daerah pertambangan serta tanaman Nepenthes yang diperdagangkan langsung diambil dari alam tanpa adanya upaya peremajaan atau budidaya. Apabila ditambahkan dengan data survei sebelumnya yakni dari daerah Barito Ulu, Sebangau, Kalampangan, dan data informasi lainnya, maka Kalimantan Tengah memiliki 18 jenis Nepenthes yang terbagi ke dalam 10 jenis murni dan delapan hibrid alami. Hutan gambut dan hutan kerangas merupakan habitat Nepenthes di Kalimantan Tengah. Kondisi kedua habitat tersebut kini sudah sangat memprihatinkan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan, perambahan, penambangan emas, dan perubahan fungsi kawasan menjadi perkebunan kelapa sawit.

##submission.authorBiography##

##submission.authorWithAffiliation##
FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi
Diterbitkan
2020-09-10
Abstrak viewed = 281 times