KONTROVERSI KEADILAN PARA SAHABAT (PERTARUNGAN DALAM KRITIK HADIS)

  • Darsul S Puyu UIN ALauddin Makassar
    (ID)

Abstract

Predikat generasi sahabat sebagai generasi terbaik, adalah karena mereka produk pertama umat Islam yang dididik langsung oleh Nabi Muhammad saw. Sekalipun demikian, sebagai manusia biasa para sahabat tidak terbebas dari melakukan kesalahan dan dosa. Keadilan sahabat menjadi dipertanyakan mengingat banyaknya fakta sejarah yang mencoreng kredibilitas sahabat sebagai generasi terbaik. Keadilan para sahabat memang mendapat jaminan dari Alquran atau Hadis. Keadilan sahabat itu jelas belum dikatakan absolut berlaku pada masa awal-awal pembentukan tasyrik. Keadilan itu hanya berlaku setelah para sahabat memiliki tingkat kematangan dan kemapanan agama yang baik. Secara umum dapat dikatakan sahabat Nabi sebagai generasi yang adil, namun, secara individu ada di antara sahabat yang tetap pernah terlibat dengan kasus pendustaan terhadap nabi, atau mereka yang terlibat dalam kasus poltik atau kasus asusila.

Implikasinya, semua generasi dapat menjadi generasi terbaik, selama mereka patuh dan taat kepada aturan-aturan Islam.Untuk menerapkan kaedah semua sahabat  adil yakni dalam memposisikan generasi sahabat secara umum, tetapi dalam mengkritisi pribadi sahabat, maka setiap individu harus diteliti tingkat akurasinya, sesuai dengan tingkat kematangan spiritual, intelegensi, kestabilan emosi, dan kemampuan mereka mengendalikan hawa nafsu.

References

Al-Qur’an Al-Karim

Abd al-Karim, Khalil. Mujtama’ Yatsrib Alaqah al-Rasul wa al-Mar’ah fi Ahd al-Nabaiy wa al-Khulafa’ al-Rasyidin, diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyin dengan judul Relasi Gender Pada Masa Muhammad dan Khulafaurrasyidin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Abu Dawud, Al-Imam al-Hafiz al-Musannif al-Muttaqin Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajastani al-Azadi. Abu Dawud, Bandung : Maktabah Dahlan, [tth] .

Ahmad, Arifuddin. Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis, Orasi Pengukuhan Guru Besar pada UIN Alauddin Makassar, 2007, h. 24.

Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Cet. I, Jakarta : Hikmah, 2009.

all-Bukhari, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah bin Bardazbah al-Jafi. Shahih al-Bukhari, Jilid I-VIII, Semarang : Maktabah wa Matba’ah Karya Toha Putra, [tth.].

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Cet. I; Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, 2005)

Ibn Hanbal, Ahmad bin Muhammad. Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid VI, Bairut : Dar al-Fikr, [tth.].

Ibn Hamzah, al-Bayan wa al-Ta’rif fi Asbab al-Nuzul al-Hadits al-Syarif, Jilid I, Mesir: Maktabah al-Mishr, 1985.

al-Qasimi, al-Sayyid Muhammad Jamal al-Din. Qawa’id al-Tahdis min Funun Mushthalah al-Hadits, ([ttp] : ‘Isa al-Haji, [tth]).

Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, jilid III, h. 142-145; al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi, jilid II, h. 214.

Tim Redaksi Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2003

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia, Cet I, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Quran, 1393 H./1973 M.

Ibn Hajr al-Asqalaniy, al-Ishabah fi Tamyis al-Shahabah, Jilid I.

Published
2016-12-09
Section
Artikel
Abstract viewed = 1246 times