Misteri La Ba’sa Bihi

Mengungkap Problem Subyektifitas dalam Jarh Wa Ta’dil

  • Randi Alipullah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
    (ID)
  • Hilmy Firdausy Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
    (ID)

Abstrak

Sebagai salah satu cabang ilmu hadis, permasalahan sekitar jarh wa ta’dil tentunya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hadis itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa tuntutan zaman dari waktu ke-waktu membuat kebutuhan masyarakat kian bervariatif, tak terkecuali dalam bidang hadis. Para ulama kritikus senior karena berangkat dari misi penyelamatan hadis dari berbagai macam bentuk pemalsuan, maka cenderung memiliki sikap yang keras dan ketat dalam menilai perawi hadis (tasyaddud) atau minimal moderat (i’tidal).  Sedangkan ulama mutakhir karena bertujuan untuk menolong hadis-hadis yang tersisihkan atau luput dari perhatian, maka cenderung memiliki sikap yang longgar (tasahul). Hal ini tentunya masuk pada ranah yang subjektif, sehingga satu sigat saja yang digunakan untuk menilai rawi tidak bisa dipukul rata maknanya karena perbedaan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing ktitikus. Salah satu lafal yang masih menjadi misteri dan cukup menulai kontroversi adalah la ba‘sa bihi yang bila ditinjau dari makna bahasanya saja cenderung menggiring pembaca untuk menginterpretasikannya secara bebas. Untuk menjawab masalah ini, metode yang cukup relevan dan banyak digunakan oleh para ulama mutakhir adalah muqaran (komparatif). Dengan metode ini maka dapat diapastikan bahwa la ba‘sa bihi yang dimaksud lebih condong kepada makna siqah atau yang lainnya.

Kata Kunci: Kritikus hadis; La ba‘sa bihi; Jarh wa ta’dil

Diterbitkan
2024-08-05
Abstrak viewed = 118 times