EKSISTENSI MUSLIM TIONGHOA DALAM GERAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI MAKASSAR
Abstract
Studi ini difokuskan pada gerakan pendidikan Muslim Tionghoa di Kota Makassar yang ditinjau dari aspek penyelenggaraan pendidikan formal dan non formala di Kota Makssar. Hasil penelitan ini menujukkan bahwa gerakan pendidikan Islam Muslim Tionghoa Makassar meliputi: 1) Pendidikan Formal, Pendidikan formal yang didirkan oleh Muslim Tionghoa yaitu SDIT Muhammad Cheng Hoo Sul-sel yang terletak di Jalan Tun Abd Razak Gowa, namun saat ini belum berjalan karena masih proses pendirian gedung dan diprediksikan akan digunakan pada tahun 2021. 2) Pendidikan non formal diantaranya. (a) Pondok Tahfidzul Qur’an Muhammad Cheng Hoo Makassar Pondok ini terletak di jalan Tanjung Bayang Kota Makassar tepat disamping Masjid Muhammad Cheng Hoo Makassar yang berdiri pada bulan Agustus 2016, Program ini merupakan program Takmir masjid Muhammad Cheng Hoo Makasaar yang banyak diminati karena dilaksanakan tanpa pungutan biaya. Program ini bertujuan menciptakan generasi muda Qur’ani yang mampu menghafal dan mengamalkan al-Qur’an yang kedepannya diharapkan mencetak generasi-generasi yang mampu mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam yang terkandung didalam alQur’an. (b) Pendidikan dan pembinaan Muallaf ini dilaksanakan setiap pekan pada hari Jum’at pukul 13.30, tempat pelaksanaannya bergaintian antara masjid Muhammad Cheng Hoo Makassar dan Gowa, yang bertujuan agar saudara-saudara muslim yang baru belajar dan mendalami agama Islam dengan baik dan mantap, sekaligus sebagai wadah untuk menjaling silaturrahim sesama Muallaf.Downloads
References
Abdul Halim (40 Tahun) , Sekretaris panitia pembangunan SPIT Muhammad Cheng Hoo Sul-sel, Wawancara, Makassar pada tanggal 03 Oktober 2018
Aftonul Afif, Menjadi Indonesia, Pergulatan Identitas Tionghoa Muslim Indonesia. Yogyakarta: Parikesit Institut, 2010.
Badaruddin Basir (38 tahun), Sekretaris Masjid Muhammad Cheng Hoo Makassar ”Wawancara”, Makassar pada tanggal 28 September 2018
Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lengkap, Jakarta : Cijago Pers, 2002.
Baidhawy Zakiyuddin, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal. Surakarta: Univesitas Muhammadiyah Surakarta, 2003.
Budiono K, Kebinekaan Masyarakat Indonesia Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta:Grasindo, 2000.
Dialog kebangsaan, di Hotel The Rinra, Jl Metro Tanjung Bunga, Rabu (23/8/2017). Firmansyah (25 Tahun), jamaah masjid Muhammad Cheng Hoo,”Wawancara”, di Makassar pada tanggal 02 Oktober 2018
H. Abdul Karim (Oey Tjeng Hien), Mengabdi Agama, Nusa, dan Bangsa: Sahabat Karib Bung Karno, Jakarta: Gunung Agung, 1982. Hasil Muktamar Nasional 3 PITI”, Hotel Equator Surabaya, 2-4 Desember 2005, h. 14. Ismail (22 tahun), jamaah Masjid Muhammad Cheng Hoo,”Wawancara”, di Makassar pada tanggal 03 Oktober 2018
Junus Jahja, Non pri di mata Pribumi.Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1991. Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-ART, 2004
Langggulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta. PT. Pustaka Al Husna Baru. 2008. Legiran (27 Tahun, Koordinator Program Tahfidzul Qur’an Masjid Muhammad Cheng Hoo Machasin, Islam Dinamis, Islam Harmonis. Yogyakarta: LKIS, 2012
Muhammad Zain Fong (41 Tahun), Ketua Umum Masjid Muhammad Cheng Hoo Gowa”Wawancara”, di Makassar pada tanggal 28 September 2018
Nur Lia (45 Tahun), Direksi kepala Kasih pemerintahan Kelurahan Maccini Sombala”Wawancara”, Makassar pada tanggal 03 Oktober 2018.
Pimori Kahar Muang (57 Tahun), Jamaah Masjid Muhammad Cheng Hoo”Wawancara”, Makassar pada tanggal 05 Oktober 2018.
Sukmadinata Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2007.
Sulaiman Gosalam (49 Tahun) , Ketua PITI Pertama Makassar, Wawancara, Makassar pada tanggal 05 Oktober 2018 Zulhaq (16 Tahun), Santri Program tahfidzul Qur’an Masjid Muhammad Cheng Hoo Makassar ”Wawancara”, Makassar pada tanggal 04 Oktober 2018.