PENENTUAN BATAS MINIMUM PARAMETER VISIBILITAS HILAL SAAT SUMMER SOLSTICE DAN WINTER SOLSTICE

  • Imas Musfiroh Himpunan Astronomi Amatir Semarang

Abstrak

Crescent visibility importantly depends on some variables such as; Sun-Crescent elongation (ArcL, arc of light), Crescent relative altitude due to Sun (ArcV, arc of vision), moon age, and moon lag (briefly Lag only). Furthermore, relative position of Sun due to ecliptic can affects Crescent position and its visibility. There is two significantly relative position of Sun i.e. Summer Solstice which happens on June 21-22, and Winter Solstice which occurs on December 21-22. In this paper, it will be discussed about what is minimum limit of Crescent visibility on those phenomena. Writer used data from 68 BMKG data (2008-2015), 295 Yallop data (1861-1992), and 36 Caldwell data (1987-2012), but they are used when Summer and Winter Solstice only. It can be concluded that the minimum limit of Crescent visibility are, ArcL = 10°30’00”, ArcV = 9°30’00”, moon age 20 hours 24 minutes, lag 58 minutes 48 seconds and Crescent width 0,24 arcminutes on June 26, 1987 at latitude 42°42’00” South and longitude 84°30’00” West, occured 4 days after Summer solstice.

Referensi

‘Audah, Mohammad Syaukat, “New Criterion for Lunar Crescent Visibility” dalam NidhGuessoum& Mohammad Odeh (eds), Application of AstronomicalCalculationto Islamic Issues, Abu Dhabi : Markazal-Mathi’ waal-Buhuts, 2007.

Admiranto, Agustinus Gunawan. Menjelajahi Bintang, Galaksi dan Alam Semesta, Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Ahmad, AbdurRachim. Ilmu Falak. Yogyakarta: Liberty, 1983.

Anwar, Syamsul. Hari Raya dan Problematika Hisab Rukyat,cet. I,Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008.

. Kontroversi Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009.

Arkanuddin, Mutoha dan Muh. Ma’rufin Sudibyo. Kriteria Visibilitas Hilal Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) (Konsep, Kriteria, Dan Implementasi), Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF–RHI), tt.

Azhari, Susiknan. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sain Modern, Yogyakarta: Suara Muhamadiyah, 2007.

. Ensiklopedia Hisab Rukyat, Cet II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Caldwell, J.A.R&C.D. Laney. First Visibility of theLunar Crescent. African Skies, 2001.

Darsono, Ruswa, 2010, Penanggalan Islam, Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press.

Depag RI. Himpunan Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan Tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal tahun 1381–1418 H / 1962–1997 M, Jakarta: Depag RI, 2000.

Djamaluddin, Thomas. Menggagas Fiqih Astronomi, Telaah Hisab-Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya,Cet I, Bandung: Kaki Langit, 2005.

. Faktor Penting dalam Penentuan Kriteria Hisab Rukyat, makalah disampaikan dalam acara Prosidings Seminar Nasional Hilal 2009 : Mencari Solusi Kriteria Visibilitas Hilal dan penyatuan Kalender Islam dalam Perspektif Sains dan Syariah, yang diselenggarakan oleh ITB, Masjid Salman ITB, dan Ikatan Alumni ITB pada 19 Desember 2009 di observatorium Bosscha Lembang.

. Re-evaluation of HilaalVisibilityin Indonesia, 2010.

. Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, Bandung: Lapan, 2011.

. Analisis Visibilitas Hilal untuk Usulan Kriteria Tunggal di Indonesia, ttp, 2010.

Gregory McNamee. Solstice vs. Equinox, The Virginia QuarterlyReview; Charlottesville Vol. 90, Iss. 3 , 2014.

Hasan, Muhammad, 2012, Imkān Ar-Ru’yah di Indonesia (Memadukan Perspektif Fiqih dan Astronomi), tesis, Semaranag: PPS IAIN Walisongo, 2012.

Hoffman, R.E. Observingthe New Moon. Mon. Not. R. Astron. Soc. 2003, 340: 1039 – 1051.

Hosen, Ibrahim. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, Dan Dzulhijjah, makalah seminar sehari tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Jakarta: Kemenag RI, 2004.

Ilyas, Mohammad. Kalender Islam dalam Perspektif Astronomi, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997.

. a Modern GuideToAstronomicalCalculations of Islamic Calender, Times&Qibla, Kuala Lumpur, Islamic CibilisationExhibition, 1984.

. Kalender Islam Antarbangsa,Cet II, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1999.

Kemenag RI. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, Dan Dzulhijjah, makalah seminar sehari tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Jakarta: Kemenag RI, 2004.

Khazin, M. Ilmu falak dalam teori dan praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.

Munir, Badrul. Analisis hasil pengamatan hilal Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat pada tahun 2010 M – 2015 M, Skripsi S1, UIN Walisongo, 2016.

Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Nashirudin, Muh. Menelusuri Pemikiran Muhammad SyaukatOdeh, makalah disampaikan dalam acara Prosidings Seminar Nasional Hilal 2009: Mencari Solusi Kriteria Visibilitas Hilal dan penyatuan Kalender Islam dalam Perspektif Sains dan Syariah, diselenggarakan oleh ITB, Masjid Salman ITB, dan Ikatan Alumni ITB pada 19 Desember 2009 di observatorium Bosscha Lembang.

Rakhmadi, ArwinJulio. Kalender Islam Lokal ke Global, Problem dan Prospek, Sumut: OIF UMSU, 2014.

Raharto, Moedji. A Study of MetonicCycle on Hilal Visibility. Research Group on Astronomy, Faculty of Mathematicsand natural Sciences, Bandung Institute of Technology, 2016.

Schaefer, Bradley E. Length of theLunar Crescent, QuarterlyJournal of the Royal AstronomySociety, 1991.

Siddiq, Suwandojo. “Studi Visibiltas Hilal dalam Periode 10 Tahun Hijriyah Pertama (0622 - 0632 CE) sebagai Kriteria Baru untuk Penetapan Awal Bulan-Bulan Islam Hijriyah”, makalah disampaikan pada acara Prosidings Seminar Nasional Hilal 2009 : Mencari Solusi Kriteria Visibilitas Hilal dan penyatuan Kalender Islam dalam Perspektif Sains dan Syariah, diselenggarakan oleh ITB, Masjid Salman ITB, dan Ikatan Alumni ITB pada 19 Desember 2009 di observatorium Bosscha Lembang.

Sudibyo, Muh. Ma’rufin, dkk, “Observasi Hilal 1427-1430 H (2007-2009 M) dan Implikasinya untuk Kriteria visibilitas di Indonesia”, makalah disampaikan acara Prosidings Seminar Nasional Hilal 2009 : Mencari Solusi Kriteria Visibilitas Hilal dan penyatuan Kalender Islam dalam Perspektif Sains dan Syariah yang diselenggarakan oleh ITB, Masjid Salman ITB dan Ikatan Alumni ITB pada 19 Desember 2009 di observatorium Bosscha Lembang.

Tjasyono, B. Ilmu Kebumian dan antariksa, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.

Widiana, Wahyu. Hisab Rukyat, Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Yayasan as-Syakirin, RajadatuCineam Tasikmalaya, 2005.

Yallop, B.D. A Method of Predictingthe First Sighting of the New Crescent Moon.TechnicalNote. No. 69. HM NauticalAlmanac Office, Royal GreenwichObservatory, Cambridge, UK. NAO, 1998.

Sumber Internet:

http://astro.ukho.gov.uk/moonwatch/background.html

http://curious.astro.cornell.edu/about-us/46-our-solar-system/the-moon/observing-the-moon/128-how-does-the-position-of-moonrise-and-moonset-change-intermediate

Diterbitkan
2018-11-09
Bagian
Articles
Abstrak viewed = 721 times