Al-Ḥilah al-Syar’iyyah dan Kemungkinan Penerapannya
Abstrak
Al-ḥīlah al-syar’iyyah dapat diartikan sebagai suatu taktik atau siasat untuk merubah bentuk hukum syara’ dengan cara tipu daya. Tujuan melakukan hilah adalah untuk melepaskan diri dari suatu kewajiban syara’ dengan melakukan hukum syara’, yang apabila dilihat dari sepintas tampak benar namun apabila dicermati akan terlihat adanya penyimpangan. Hilah dilihat dari syar’iyah ada yang diharamkan dan ada pula yang dibolehkan. Hilah dipakai dalam kasus hukum yang bersifat kasuistik (khusus) yang menyangkut masalah orang tertentu dalam kasus yang tertentu pula, maka hilah dapat dikatakan sebagai solusi atau sebagai upaya penyelesaian. Dalam penerapannya hilah juga menyangkut bidang muamalah, ibadah, dan hibah-warisReferensi
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Ḥayātuhū wa Aṡāruhū, Riyādh: Dār al-Hilāl, 1980.
----------------------------, I’lām al-Muwaqqi’īn ‘an Rabb al-‘Ālamīn, Beirūt: Dār al-Fikr, cet ke-2, juz 1, 1997.
Al-Masrī, Muḥammad ibn Mukarram ibn Manẓūr al-Ifrīqī, Lisān al-‘Arab, Beirūt: Dār Sadir, tth, Juz 11.
Al-Zuhaili, Wahbah, Naẓariyyah al-ḍarūriyyah al-Syar’iyyah, Beirūt: Muassalah Risālah, 1982.
Baroroh, Nurdhin, Metamorfosis “Illat Hukum” dalam Sad adz-Dzari’ah dan Fath Adz-Dzariah (Sebuah Kajian Perbandingan), al-Mazahib, Vol. 5, No. 2, Desember 2017.
Dahlan, Abdul Aziz, et. Al. Ensiklopedi Hukum Islam, vol. II, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996.
Hasaballah, Ali, Uṣūl al-Tasyrī’ al-Islāmi, Mesir: Dār al-Ma’ārif, 1971.
Haswir, Pemikiran Ibn Qayyim al-Jauziyah tentang Hilah Syar’iyyah, Disertasi, Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau.
Ibn Taimiyah, Taqiyyuddin, al-Fatāwā al-Kubrā, Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth., Juz 6.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
Munawir, Ahmad Warson, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: PP. Al-Munawwir, 1975.
Qardhawi, Yusuf, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalat, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet.1, 2014.