AGRESI MEDIA DAN KEMATIAN RUANG SOSIAL (Tafsir Sosiologis atas Hegemoni Media Sosial)

  • Sakaruddin Mandjarreki Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam FDK UIN Alauddin Makassar
    (ID)

Abstrak

Ada fenomena lompatan kuantum dalam realitas kehidupan kita saat ini terutama pada aspek bagaimana pergeseran pola-pola interaksi terjadi, yakni dari interaksi yang bersifat obyektif (off line interaction) ke pola interaksi virtual yang palsu (on line interaction). Media sosial mensegregasi tatanan sosialitas masyarakat ke dalam dua corak atau fragmen besar; off line society dan on line society. Nyaris tak seorang pun saat ini yang tidak terpapar ekstasi media yang makin hegemonik. Euforia menyeruak ke permukaan seolah tenggelam dalam perayaan kelahiran budaya baru yang sebenarnya berkarakter destruktif. Kita mengalami disrupsi, terasing dari dunia realitas yang sebenarnya yang ditandai dengan memudarnya kohesi sosial antara individu yang satu dengan lainnya. Baudrillard melukiskan situasi ini dengan ungkapan “implosion”. Media massa telah menyatukan manusia lalu kemudian membiarkannya meledak ke dalam batas-batas geografi, bangsa, ideology, kelas, cair luluh begitu saja. Yang tertinggal hanya satu; massa dengan ketidakpastian ini muncul akibat goncangan dan penetrasi media yang terus menerus. Ziqmunt Bauman mengilustrasikan situasi ini sebagai menguatnya wilayah estetik dan sekaligus memudarnya wilayah kognitif dan wilayah moral. Martin Buber selanjutnya menamainya fenomena “mismeeting”; orang lain tidak berdiri sebagai sebagai sesama (neighbor) maupun orang asing (alien) melainkan stranger. Mereka berada di satu tempat tetapi tidak kenal. Atau menurut St. Sunardi, mereka satu rasa namun ada civic indifference. Ringkasnya, media saat ini, khususnya media sosial telah hadir dengan wajah ganda; ia dipuja namun dicaci. Dipuja karena manusia terfasilitasi secara mudah untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam sebuah dunia yang kompleks namun tanpa sistem pengendalian yang efektif. Dan dicaci karena media sosial juga mengandung polusi media yang terbukti mampu memberangus secara kasar moralitas dan sosialitas masyarakat penggunanya.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Anggoro, S. (2012). Detikcom: Legenda Media Online. Yogyakarta: MocoMedia.

Baudrillard, J. (1994). Simulacra and simulation. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Elliot, Philip, 1986, “Intellectuals, the „information society‟ and the disapperance of the public sphere” dalam: Collins, Richard, et all, ed., 1986, Media, Culture, and Society. A critical reader, London, Sage.

Habermas, Jürgen, 1979, Communication and Evolution of Society (asli: 1976, “Sprachpragmatig und Philosophie”, dan “Zur Rekonstruction des Historischen Materialismus”, transl by Thomas McCarthy), Beacon Press, Boston.

Khaldun, Ibnu. (2017). Mukaddimah (cetakan kesembilan). Pustaka Alkautsar: Jakarta.

Lim, M. (2005). @rchipelago Online: The Internet and Political Activism in Indonesia. Enschede: University of Twente.

Margianto, J. H., & Syaefullah, A. (2012). Media Online: Laba, Pembaca dan Etika. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen Indonesia.

Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat (Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan). Matahari: Bandung.

Purbo, O. W., & Walton, M. (2010). The Foundation of Cultural Change in Indonesia. Information Technologies & International Development, 45-48.

Tjahyadi, Sindung. (2006). Komunikasi, Legitimasi, dan Mediasi: Kritik atas Pemaknaan dalam Ruang Publik. Jurnal Filsafat Vol. 16, Nomor 3, Desember 2006.

Wijayanto, Felix. (2012). Social Media: Definisi, Fungsi, Karakteristik.https://prezi.com/vddmcub-ss/social-media-definisi-fungsi-karakteristik/, diakses 10 Desember 2018.

Diterbitkan
2018-12-30
Bagian
Vol.4 No. 2, November 2018
Abstrak viewed = 997 times