Reinterpretasi Makna Tagut Pada Qs. An-Nisa[4]: 60 Studi Analisis Ma’na-Cum-Maghza

  • Muh. Nasruddin A Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
    (ID)
  • Mariani
    (ID)
  • Akbar Haseng
    (ID)
  • Amrullah Harun
    (ID)
  • Rahmi Damis
    (ID)
Keywords: Keywords: Hermeneutics, Ma’na-Cum-Maghza, Tagut

Abstract

Abstract

Say ṭāgūt  in the Qur'an comes from the root word agā be said ṭagayūt which then turned into ṭāgūt has various meanings depending on the context of the verse or verse The micro and macro of the verse are both sabāb nuzūl. This paper is a contextual study of the meaning of words ṭāgūt on QS. An-Nisā[4]: 60 in the form of a literature study research (library research) using the hermeneutical approach ma’nā-cum-maghzā theory. This study concludes that the word ṭāgūt in the Qur'an is interpreted as a devil, a witch, a shaman, Ka'ab Ibn Asyraf, an idol worshipper, something that is worshiped besides Allah, and everything that crosses the line in disobeying Allah. Meaning ṭāgūt is defined in QS. An- Nisā[4]: 60 by using theory ma’nā-cum-maghzā, specifically as follows:1) Linguistic analysis of the word ṭāgūt in QS. An- Nisā[4]: 60 is every leader who tries to go astray, leaders who point the wrong way, and is an expression of all those who transgress in disobedience to Allah. 2) QS micro-historical analysis An-Nisā[4]: 60 is that there is a distinction or disagreement between hypocrites and Jews. Meanwhile, from a macro perspective, after Islam developed rapidly and the Islamic community was strong in Medina, a group of hypocrites appeared who did not have a fixed position; they chose only for their personal interests. 3) The historical significance is about Muslim hypocrites who, when they want to be punished, will prefer to seek laws that come from people who are not right or people who accept bribes when they want to establish laws, while the contemporary dynamic is that Indonesia is not a terrorist country because its ideology, namely Pancasila, is in accordance with Islamic values.

Abstrak

Kata ṭāgūt di dalam Al-Qur’an berasal dari akar kata ṭagā menjadi kata ṭagayūt yang kemudian berubah menjadi ṭāgūt  memiliki beragam makna tergantung dari konteks ayat maupun sabāb nuzūl baik mikro maupun makro dari ayat tersebut. Tulisan ini merupakan kajian kontekstual mengenai makna kata ṭāgūt pada QS. An-Nisa[4]: 60 yang berupa penelitian studi pustaka (library research) dengan teori pendekatan hermeneutika ma’nā-cum-maghzā. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kata ṭāgūt dalam Al-Qur’an dimaknai dengan syaitan, penyihir, dukun, Ka’ab Ibn Asyraf, penyembah berhala, sesuatu yang disembah selain Allah dan segala sesuatu yang melewati batas dalam bermaksiat kepada Allah. Adapun makna ṭāgūt dalam QS. An-Nisa[4]: 60 dengan menggunakan teori ma’nā-cum-maghzā yaitu sebagai berikut: 1) Analisis linguistik dari kata ṭāgūt dalam QS. An-Nisa[4]: 60 adalah setiap kepala yang menjajak dalam kesesatan, pemimpin-pemimpin yang menunjukkan jalan yang salah dan merupakan sebuah ungkapan dari semua orang yang melampaui batas dalam bermaksiat kepada Allah. 2) Analisis historis mikro QS. An-Nisa[4]: 60 adalah adanya perbedaan atau perselisihan antara orang munafik dengan orang Yahudi. Sedangkan secara historis makronya adalah setelah Islam berkembang pesat dan masyarakat Islam yang kuat di Madinah, maka muncullah golongan orang munafik yang tidak memiliki pendirian yang tetap mereka memilih hanya untuk kepentingan pribadi saja. 3) Signifikansi historis adalah mengenai orang-orang munafik Islam yang ketika ingin berhukum mereka akan lebih memilih mencari hukum yang berasal dari orang-orang yang tidak tepat ataupun orang-orang yang menerima suap ketika ingin menetapkan hukum, sedangkan dinamis kontemporernya adalah Indonesia tidaklah termasuk negara ṭāgūt  karena ideologinya yaitu pancasila sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Published
2023-12-06
Abstract viewed = 214 times