PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP BERIANG (KAWIN LARI) AKIBAT TINGGINYA BELIS DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Nampar Sepang Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur NTT)

  • Hajanawati UIN Alauddin Makassar
    (ID)
  • Rahma Amir
    (ID)
  • Muhammad Fajri
    (ID)
Keywords: Briang, Tradisi, Hukum Islam

Abstract

The main problem of this research is the community's view of the briang in Nampar Sepang Village, Sambi Rampas District, East Manggarai Regency and the implementation process as well as the views of Islamic law on the briang. This research is a qualitative research with three approaches, namely syar'i, juridical and sociological. The results of this study indicate that briang marriage in Nampar Sepang Village has become one of the traditions or habits that are often practiced by the community. Briang is a way out of a relationship that does not get the blessing, promiscuity and/or pregnancy out of wedlock, and is unable to pay very high belis. There are several community leaders who do not agree with the existence of this briang tradition, namely religious leaders, traditional leaders, community leaders, KUA officials and many other Nampar Sepang people, because they are considered to deviate from Islamic teachings in general. Although this briang marriage is legal according to religion as long as it fulfills the requirements and pillars of marriage, the impression is not good for people, families and society.

References

Bukhari Abu Abdullah Muhammad bin Ismail ,Ensiklopedia Hadist 2;Shahih Al-Bukhari, terj. Subhan Abdullah Idris, cet. 1. Jakarta: Penerbit Almahira, 2012.

Coubat C.y.. Adat Perkawinan Gayo Kerje Beraturen. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, N. (2003). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur .Kupang :Dinas P dan K Provinsi NTT Hamid sarong, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. 3, Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2010.

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984.

Djamaludin Arra’uf bin dahlan, Aturan Pernikahan Dalam Islam, Jakarta: jalpublishing, 2011.

Husein Muhammad, Fiqih Perempuan, Yogyakarta: LKIS, 2001.

Kementrian AgamaRI. AI-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta:Bintang Indonesia.

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum adat. Jakarta: Sabdodadi , 1987.

Sudarmawan, Pelaksanaan kawin lari sebagai alternatif untuk Menerobos ketidak Setujuan Orang Tua Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Semarang: Tesis, 2009.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.

W.J.S Poewadar mita, Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985.

Kementrian AgamaRI. AI-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Bintang Indonesia.

Asni, “Pertimbangan Maslahat dalam Putusan Perceraian Akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga di Pengadilan Agama”, Jurnal Ahkam Vol. XIV No. 1, Januari 2014.

Muhammad Saleh Ridwan, “Perkawinan Dibawah Umur (Dini)”,Jurnal Al-Qadau Vol. 13 No. 1, 2015.

Marilang, “Menimbang Paradiqma Keadilan Hukum Progresif” ,Jurnal Konstitusi. Vol. 14 No. 2, Juni 2017.

Halim Tali, “Tugas dan fungsi Badan Penasihatan dan pelestarian Perkawinan (BP4) Di Kabupaten Gowa”, Jurnal Al-Qadau , Vol. 6. 2, Desember 2019.

Muhammad Jamal Jamil, “Pembuktian di Peradilan Agama”, Jurnal Al-Qadau. Vol. 4 No. 1, Juni 2017.

Undang-undang RI No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan KHI, Jakarta: Grahamedia press, 2014.

Published
2022-05-16
Section
Artikel
Abstract viewed = 175 times