Sejarah Diaspora Suku Bugis-Makassar di Kalimantan Tengah
Abstrak
The presence of the Buginese-Makassarnese in Indonesia is always interesting when examined from various points of view, especially since this tribe has spread to various regions in the country and even abroad. The Buginese-Makassarnese who settled in Central Kalimantan is interesting to study because their existence still shows a strong engagement to the traditions of their origin. For example, the Buginese-Makassarnese who live in Central Kalimantan still maintains some of their ancestral traditions. Second, this community can also establish a harmonious and peaceful relationship with the Dayak people as the original inhabitant of Central Kalimantan, including other migrant communities from Java, Sumatra, and others. This type of research is qualitative with a narrative study approach. Data collection techniques using in-depth interviews and observation. The results of this study reveal that the reason the Buginese-Makassarnese commit diaspora is due to conflict in their hometown and economic motives. For the Buginese-Makassarnese, "Siri" is their soul and self-esteem, a culture of noble values as an impetus to settle down and be successful overseas. This confirms that cultural roots and local wisdom should be preserved as a form of heritage.
Kehadiran suku Bugis-Makassar yang ada di Indonesia selalu menarik jika dikaji dari berbagai sudut pandang apalagi karena suku ini telah berdiaspora ke berbagai wilayah di tanah air bahkan mancanegara. Suku Bugis-Makassar yang menetap di Kalimantan Tengah menarik untuk dikaji karena keberadaan mereka masih menunjukkan keterikatan yang kuat dengan tradisi yang terdapat di daerah asal. Sebagai contoh, suku Bugis-Makassar yang tinggal di Kalimantan Tengah masih memelihara beberapa adat istiadat serta tradisi nenek moyang. Kedua, komunitas ini juga dapat menjalin hubungan yang harmonis dan damai dengan masyarakat Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan Tengah, termasuk masyarakat perantau lainnya yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, dan lain-lain. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi naratif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa penyebab suku Bugis-Makassar melakukan diaspora karena adanya konflik di kampung halaman, motif ekonomi dalam upaya mencari peruntungan. Bagi masyarakat Bugis-Makassar, “Siri” merupakan jiwa dan harga diri mereka, budaya nilai-nilai luhur sebagai pendorong bisa menetap dan sukses di tempat rantauan. Hal ini menegaskan bahwa akar budaya dan kearifan lokal seharusnya terus dijaga sebagai bentuk warisan para leluhur dimanapun berada.
Referensi
Akhmar, Andi Muhammad, Burhanuddin Arafah, dan Wahyuddin Pardiman. “Strategi Budaya Orang Bugis Pagatan dalam Menjaga Identitas Ke-Bugis-an dalam Masyarakat Multikultur.” Kapata Arkeologi, 25 Juli 2017, 73–82. https://doi.org/10.24832/kapata.v13i1.392.
B, A. Diaspora Suku Bugis-Makassar di Kalimantan Tengah, 2020.
Bakti, Andi Faisal, ed. Diaspora Bugis di Alam Melayu Nusantara. Cet. 1. Makassar: Ininnawa, 2010.
Darmadi, Hamid. “Dayak: Asal-Usul dan Penyebarannya di Bumi Borneo.” Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial 3, no. 2 (2016): 19.
F, A. Kampung Bugis di Kabupaten Kotawaringin Timur, 2020.
H, A. Suku Bugis-Makassar di Palangka Raya, 2020.
J. Diaspora Suku Bugis-Makassar, 2020.
Levang, Patrice. Ayo ke Tanah Sabrang: Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2003.
Mahmud, M. Irfan. “Pelayaran Dan Perdagangan Abad XVII-XIX Bugis-Makassar Ke Papua.” Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat 5, no. 1 (2013): 37–57.
Mansyur. “Diaspora Suku Bugis Dan Terbentuknya Identitas To-Ugi’ Di Wilayah Tanah Bumbu, Residensi Borneo Bagian Selatan Dan Timur, Tahun 1900-1942.” Citra Lekha 15, no. 2 (2 September 2011): 67–82.
Mattulada. Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar Dalam Sejarah, 1510-1700. Cet. 2., ed. Rev. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1991.
Naufanita, Hana, Raden Maisa Yudono, dan Ani Soetjipto. “Analisis Wacana Diaspora Indonesia: Tinjauan Konseptual Dalam Hubungan Internasional.” Jurnal Kajian Wilayah 9, no. 2 (28 Desember 2018): 90–108. https://doi.org/10.14203/jkw.v9i2.796.
Rasjid, Abdul, dan Gunawan Restu. Makassar Sebagai Kota Maritim. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional, 2000.
Rasyid, Kaspin. “Adat Dan Kebudayaan Suku Bugis.” Diakses 3 September 2020. https://www.academia.edu/7891105/Adat_dan_Kebudayaan_Suku_Bugis.
Santoso, Iman. Diaspora, Globalisasi, Keamanan, dan Keimigrasian. Pustaka Reka Cipta, 2014.
Setiabudi, Bob. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2010. Kalimantan Tengah: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2012.
Setiawan, Johan, Wakidi Wakidi, dan Yustina Sri Ekwandari. “Peranan Arung Palakka Dalam Perang Makassar Tahun 1660-1669.” PESAGI (Jurnal Pendidikan Dan Penelitian Sejarah) 5, no. 3 (6 April 2017). http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/12445.
T, M. Asal Usul Suku Bugis-Makassar, 2020.
Tobing, Philip O. L. Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa: Pembahasan Philologis, Kulturil. Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1977.
Yani, Ahmad. “Dampak Perang Makassar terhadap Umat Islam Sulawesi Selatan Abad XVII-XVIII M.” Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan 6, no. 1 (26 Juli 2018): 107–31. https://doi.org/10.24252/rihlah.v6i01.5460.
Z. Latar Belakang Suku Bugis-Makassar Berdiaspora, 2020.
Zid, Muhammad, dan Sofjan Sjaf. “Sejarah Perkembangan Desa Bugis - Makassar Sulawesi Selatan.” Jurnal Sejarah Lontar 6, no. 2 (2009): 38–53.
Once an article was published in the journal, the author(s) are:
- granted to the journal right licensed under Creative Commons License Attribution that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship.
- permitted to publish their work online in third parties as it can lead wider dissemination of the work.
- continue to be the copyright owner and allow the journal to publish the article with the CC BY-NC-SA license
- receiving a DOI (Digital Object Identifier) of the work.