Relasi dan Legitimasi Raja Dengan Ulama dalam Sistem Pemerintahan Islam di Bone

  • Rahmawati Rahmawati
    (ID)

Abstrak

 

This article discusses the relationship and legitimacy of the king as the highest authority of the kingdom with the ulama in the Islamic government system in the kingdom of bone. For clarity in this study, the author uses historical and anthropological studies as "scalpels" to find the desired information. The results of the study showed that between the king and the ulama indeed built a harmonious relationship, the king as the ruler of the region and the ulama as religious authorities. This was seen at least in two respects, namely: first the ulama as an advisor to the king in the government, second kinship ties through marriage. In addition, although the election of the king was built on the line of "mangkau" or original blood, "to manurung" the king as the holder of the highest legitimacy still coordinated with the ulama as an advisor for the election of a new king.

Artikel ini membahas tentang relasi dan legitimasi Raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi kerajaan dengan klien (ulama) dalam sistem pemerintahan Islam pada kerajaan Bone. Untuk mencapai titik terang dalam kajian ini, penulis menggunakan telaah historis dan antropologi sebagai pisau bedah dalam mencari informasi yang diinginkan. Hasil penelitian ini terungkap bahwa antara raja dan ulama memang terbangun relasi dan harmonis antara raja sebagai penguasa wilayah dengan ulama sebagai otoritas keagamaan. Hal ini dapat dilihat sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, posisi ulama sebagai penasehat raja dalam pemerintahan. Kedua, hubungan kekerabatan melalui pernikahan. Selain itu, meskipun pemilihan raja dibangun atas garis keturunan mangkau atau berdarah asli dari to Manurung raja sebagai pemegang legitimasi tertinggi tetap berkoordinasi dengan ulama sebagai penasehat dalam hal pemilihan raja baru.

Referensi

Arsyad, Azhar., Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Azra, Azyumardi., Renaisans Islam di Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Risda, 1999.

Erringtong, Joseph., Self and Self-Conduct the Javanese Priyai Elite. American Ethnologist, Volume 11, 1977.

Gazalba, Sidi., Pendidikan Islam dalam Masyarakat. Jakarta: Pustaka Antara, 1962.

Getteng, Abd. Rahman., Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan: Tinjauan Historis dari Tradisional Hingga Modern. Yogyakarta: Graha Guru, 2005.

Hamid, Abu., Syekh Yusuf Makassar: Seorang Ulama Sufi dan Pejuang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994.

Kruger, Th. Muller., Sejarah Gereja di Indonesia. Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1959.

Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analisis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985.

______Islam di Sulawesi Selatan, dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, 1983.

______ Mattulada, Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995.

Noorduyn, Sedjarah Agama Islam di Sulawesi Selatan, dalam W.B. Sidjabat Noorduyn, J. (ed), Panggilam Kita di Indonesia Dewasa Ini. Jakarta: Badan Penerbit Kriten, 1964.

Putra., Musu’ Selleng ri Tana Ugi dan Awal Keberadaan Agama Islam di Tanah Wajo, dalam Bingkisan Bunga Rampai Budaya No. 1. Ujung Pandang: YKSS/Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1988.

Rahim, Rahman., Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Makassar: Lembaga Penerbitan UNHAS, 2011), h. 135.

Rahman, Abdul, et. all, Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Daerah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIX, Edisi I. Ujungpandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi Selatan, 1992.

Soemardjan, Selo dan Sulaiman Sumadi., Setangkai Bunga Sosiologi. Yogyakarta: UI Press, 1964.

Yunus, Mahmud., Sejarah Pendidikan Islam di Idonesia. Jakarta: Mutiara,1995.

Diterbitkan
2019-06-27
Abstrak viewed = 466 times