Multikulturalisme dan Kemenangan Thoriq Husler Pada Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Luwu Timur
Abstract
Penelitian ini akan melihat aspek keberagaman dan multikulturalisme dalam pemilu elektoral. Artikel ini melihat ada kecenderungan kemenangan seseorang pada Pilkada karena alasan multikultural, diantaranya ikatan kebersamaan etnis, kesamaan suku dan daerah. Penelitian ini berlangsung di Luwu Timur dan menggunakan pendekatan perilaku politik, politik identitas, teori multikulturalisme, dan teori kekuasaan. Penelitian menggunakan metodologi kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa wawancara secara intensif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan Pilkada Luwu Timur tahun 2015, etnisitas tidak terlalu memainkan peranan penting karena sentimen etnis pemilih relatif kecil. Pemilih bisa menerima kehadiran kepala daerah yang berbeda dengan etnis di luar dirinya. Keadaan di lapangan ditemukan bahwa dalam proses Pilkada, masyarakat cenderung memilih melihat hasil kinerja dari calon dan sosok figur calon. Sosok Thoriq Husler dalam kesehariannya yang hidup di tengah-tengah masyarakat multikultural memiliki rasa toleransi dan simpatik yang tinggi kepada semua kalangan masyarakat. Sehingga beliau dicintai dan diterima oleh semua kalangan etnis di Luwu Timur.References
Adi Wijoyo, “Manifestasi Identitas Politik Pada Pilkada Langsung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012”, Skripsi, (Yogyakarta:Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013).
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta: LKIS, 2005).
Batara Pos, Kemenangan Thoriq Husler-Irwan Bahri dalam Pilkada Luwu Timur 2015, (Malili: Batara Pos, 2015).
Bhikhu Parekh, Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory (Cambridge: Harvard University Press, 2000).
Denny Riswanda, “Revitalisasi Kekuatan Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah Dalam Rangka Meraih Otonomi Politik: Kajian Tentang Pemilukada Kota Palangkaraya Tahun 2013”, Tesis, (Surabaya: Program Magister Ilmu Politik Peminatan Analisis Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasAirlangga, 2013).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2005).
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme Tantangan-tantanganGlobal Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2004).
M. Nawawi,Haslinda B. Anriani, dan Ilyas, “Dinamika Etnisitas dan Konflik Politik pada Pemilukada”, Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik ,Vo. 25 No. 3 (Juli 2012).
Muhtar Haboddin, “Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal”, Jurnal Studi Pemerintahan, Vol.3 No.1 (Februari 2012).
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik,(Jakarta: Grasindo, 1999).
Said Agil Husin Al Munawar, MA, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta Selatan: Ciputat Press,2003).
Ubed Abdillah, Politik Identitas Etnik: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas, (Magelang: Indonesatera, 2002).
Wawancara
A. Minarni (42tahun), Guru SDN 175 Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 20 Oktober 2017.
Amir Rahman (23 tahun),Mahasiswa, Wawancara, Tomoni, 26Oktober 2017.
Bayu (25 tahun), Wiraswasta, Wawancara, Tomoni, 26Oktober 2017.
Hj. Kasih Jumadi (49 tahun), Kepala SDN 175 Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 20 Oktober 2017.
I Noman Suparta(45 tahun), Guru SDN 175 Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 20 Oktober 2017.
Juslin Rongre Tangoa (45 tahun), Guru SDN 175 Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 20 Oktober 2017.
Kornelius Lante (48tahun), Guru SDN 175 Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 20 Oktober 2017.
Satria. S (42tahun), Pegawai, Wawancara, Tomoni, 30 Oktober 2017.
Wayan (45 tahun), Petani, Wawancara, Tomoni, 26Oktober 2017.
Wayan Slamet (47 tahun), Wirausaha, Wawancara, Tomoni, 25 Oktober 2017.
Zaenal (52tahun), Wiraswasta, Wawancara, Tomoni, 30 Oktober 2017.
Zainuddin (47tahun), Guru SDN 175Kawarasan, Wawancara, Tomoni, 30 Oktober 2017.
Website
http://mth.center/ (diakses 2 Juli 2017)
Rakyatsulsel.com (Diakses 1 Juli 2017).