WAWASAN AL-QURAN TENTANG PERUBAHAN (Analisis Qur'aniy dengan Metode Tafsir Tematik )
Abstract
Dunia manusia adalah dunia perubahan dan pergantian, tak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan senantiasa berubah, memudar dan setelah itu mati.
Menurut Alquran, pelaku perubahan ada dua yakni Tuhan dan manusia. Manusia, khususnya manusia yang beriman haruslah mampu memberi arah moral bagi setiap perubahan sosial. Kegagalan memberi arah yang benar ini dapat berarti kegagalannya sebagai manusia beriman. Namun hendak diingat bahwa memberi arah yang benar itu hanyalah mungkin bila manusia menghayati hakekat perubahan itu hingga ia tahu betul di mana ia berada sekarang dan akan ke mana ia harus berangkat. Oleh sebab itu, pendekatan induktif dalam membaca perubahan sosial haruslah dikawinkan dengan pendekatan deduktif yang bersumber dari ajaran. Untuk membumikan suatu ajaran hanyalah mungkin apabila manusia memiliki data sosial yang memadai. Manusia beriman sebagai konsekuensi logisnya adalah manusia yang berdiri paling depan dalam memberikan alternatif-alternatif moral bagi suatu perubahan, setelah ia lebih dahulu memelopori kehidupan bermoral itu.
Di antara indikator orang yang beriman ialah kepekaan nuraninya yang tajam terhadap masalah moralitas dan keadilan. Bila indikator ini tidak tampak, boleh jadi berarti bahwa nuraninya tidak lama tumpul dan karenanya perlu dipertajam lagi.References
Amin, Ahmad, Fajr al-Islam, Kairo: : Maktabah al-Nahdah al-Mishriyah: 1975.
Al-Ansārī, Jamāl al-Dīn Muhammad ibn Mukrim, Lisān al-‘Ārab, Juz III. Mesir: Dār al-Misriyah, t.th.
Al-Baqi, Muhammad Fu’ad Abd., al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fadz al-Qur’an al-Karim (Indonesia : Maktabah Dahlan, t.th.
Dahlan, Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Qur’an. Cet. II; Bandung: Mizan, 1998.
Al-Farmawi, Abd. Al-Hayy, al-Bidayat Fiy al-Tafsir al-Mawdhuiy diterjemahkan oleh Suryan A. Jamrah dengan judul Metode Tafsir Mawdhu’iy, Cet. I; Jakarta: LSIK dan RajaGrafindo Persada, 1994.
Hasan, Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islām, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Mishriyah: 1967.
Ibn Zakariyā, Ahmad ibn Fāris, Mu‘jam al-Maqāyis fī al-Lugah. Cet.I; Beirut: Dār al-Fikr, 1994.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, juz X, Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabiy, 1974.
Munawwir, A.W., Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Cet.I; t. tp.: Pustaka Progresif, t.th.
Al-Qattān, Manna, Mabāhitis fiy Ulūm al-Qur’ān (Beirut: Manshurātul Asri al-Hadis, 1973
Al-Sā‘idī, ‘Abd al-Rahmān Nāsir, al-Qawā‘id al-Hisān li Tafsīr al-Qur’ān, diterjemahkan oleh Marsuni Sasaky dan Mustahab Hasbullah dengan judul 70 Kaedah Penafsiran Alquran. Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Salim, Abd. Muin, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir al-Qur’an, Ujung Pandang : LSKI, 1990.
__________, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Alquran, Cet, I; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.
__________, “Metodologi Tafsir: Sebuah Rekonstruksi Epistemologis, memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir sebagai Disiplin Ilmu,” Makalah, Orasi Pengukuhan Guru Besar tanggal 28 April 1999 Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1999.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Alquran. Cet. IX; Bandung: Mizan, 1995.
-------------, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Vol. 5, Cet. I; Jakarta: PT. Lentera Hati, 2002.
im Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. II, Cet. IX; Jakarta : Balai Pustaka, 1999.