Foodstagramming Masyarakat Hiperialitas Sebagai Penunjang Status Sosial

  • Rasna Fadilla Universitas Hasanuddin
    (ID)
  • Muh Adiyat Makkuaseng Universitas Hasanuddin
    (ID)
Keywords: Foodstagramming, Hyperreality Society, Social Status

Abstract

Tulisan ini membahas tentang Tren foodstagramming: masyarakat hiperrealitas sebagai penunjang status sosial. Kehadiran media sosial seperti instagram menghasilkan fenomena baru yang disebut foodstagramming, yang mengubah gaya hidup dan cara pandang individu terhadap makanan. Dalam penelitian ini peneliti melihat gejala sosial yang ada dalam masyarakat dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena foodstagramming ditandai dengan individu yang mengunggah foto makanan ke media sosial bertujuan untuk mencari prestise dan status sosial. Realitas yang dihadirkan di media kemudian menjadi acuan utama, masyarakat seolah olah meyakini bahwa yang nyata adalah apa yang ditampilkan di media sosial. Fenomena ini membawa pandangan bahwa kelas sosial yang ingin ditampilkan tersebut menjadi hiperrealitas, yang menurut Jean Baudrillad merupakan efek, keadaan atau pengalaman kebendaan atau ruang yang dihasilkan dari sebuah proses. dengan kesimpulan bahwa tren foodstagramming tidak lebih dari kegiatan permanipulasian dan penipuan kehidupan seseorang yang dilakukan melalui makanan.

References

Baudrillard, Jean ( 2018). Masyarakat Konsumsi. Wahyunto, penerjemah. Bantul: Kreasi Wacana. Terjemahan dari: La societe de consummation.

Baudrillard, Jean (1994). Simulacra and Simulation. Sheila Faria Glazer, penerjemah. Michigan: The University of Michigan Press.

Diakses pada 20 Mei 2023.

Digital 2019 Indonesia. (2019).Tersedia di

Kemp.

https://www.slideshare.net/DataReportal/digital-2019-indonesia-january2019- v01. Diakses pada tanggal 20 Mei 2023.

(2019). The state of the internet in Q4 2019. Tersedia di https://wearesocial.com/blog/2019/01/digital-2019-global-internet- useaccelerates.

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet, XVI; Bandung: Rosda Karya, 2007). Nurhidayat Muh. Said, Metode Penelitian Dakwah (cet,1; Makassar Alauddin University

Press, 2013).

Piliang, Yasraf Amir (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.

Yogyakarta: Jalasutra.

Raditya, Michael HB. (2014). Antara asa dan Estetika Komodifikasi Nilai Konsumsi pada

Pangan Sebagai Wujud Eksistensi. Yogyakarta: Jurnal KAWISTARA volume 4.

Ritzer, G. (2003). Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rustina. (2018). Persepsi Digital Dependent Terhadap Pemanfaatan Media Sosial dan

Dampak Sosial Ekonominya. Jurnal Ilmu komunikasi vol 15 no 1.

Sarup, M. (2003). Panduan Pengantar untuk Memahami Poststrukturalisme dan

Posmodernisme. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Suhaeb, Firdaus W dan Muhammad Ashabul Kahfi. (2016). Fenomena Hiperrealitas

Masyarakat ada Makanan. Makasar: SEMINAR NASIONAL Pendidikan Ilmu-Ilmu

Sosial.

Widodo, D. R. (2015). Budaya Unggah Foto Makanan. Retrieved June 14, 2016, from

http://print.kompas.com/baca/2015/11/10/Budaya-Unggah-Foto-Makanan

Published
2024-01-17
Abstract viewed = 115 times