Mengenal Lebih Dekat Komunitas Ammatoa Sebagai Identitas Kearifan Lokal : Perspektif ‘Orang Dalam’
Abstract
Tulisan ini berusaha mengkaji lebih dalam bagaimana kearifan budaya Kajang dengan meninjau suku Ammatoa, baik dari perspektif sejarah maupun antropologi. Penulis berkesimpulan bahwa kajang memiliki kearifan lokal yang dapat dipahami dengan melihat dan merasakan kepercayaannya (religious). Kepercayaan ini meliputi percaya kepada Tuhan Turie’ A’ra’na (tuhan yang kuasa), percaya kepada Pasang (pesan suci/firman), percaya kepada allo ri bokona (hari pembalasan/ akhrat), serta Nasib Kamase-masea (sederhana) yang menjadi etika sekaligus norma dalam membentuk karakter dan jati dirinya sebagai komunitas Ammatoa. Keempat ini saling bergantung satu sama lain.References
Syamsul Ma’arif Amin, “Komunitas Ammatoa: Beri kami Ruang” , Relief Journal of Religious Issues 1, no. 2 (2003)
Abdullah Renre, Patuntung di Sinjai Barat (Makassar: Alauddin University Press, 2012) h.116
Irfan Mahmud, Datuk ri Tiro: Penyiar Islam di Bulukumba (Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012) h. 29
Maria (45 tahun), Sanro Kajang, Wawancara, Makassar, 21 Maret 2014.
Faisal, “Koordinasi Antara Pemerintah Daerah dengan Lembaga Adat Tentang Pelestarian Hutan Adat di Kawasan Adat Ammatoa Kajang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”, skripsi (Makassar: Fak. Sosial dan Politik UNISMUH Makassar)
RPJM-RENSTRA 2010-2015
Thomas Gibson, Kekuasaan Raja, Syeikh, dan Amtenaar: Pengetahuan Simbolis dan Kekuasaan Tradisional. (Makassar: Inninawa, 2009)