Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural

Main Article Content

Andi Syahraeni

Abstract

Konsep dakwah kultural yang dilakukan oleh para ulama di awal-awal masuknya Islam ke wilayah Nusantara ini adalah membiarkannya budaya/adat setempat tetap berjalan seperti sebelum Islam datang, malah menggunakan budaya tersebut sebagai sarana untuk lebih lebih memberikan nuansa Islami di dalamnya. Kehadiran aroma islami pada budaya setempat tersebut sebagai pencerminan bahwa telah berlangsung suatu proses dakwah kultural pada masyarakat dan hal itu terus berlangsung sampai saat ini. Dakwah kultural teraplikasi dalam masyarakat dapat terlihat pada Dakwah melalui kesenian. Kesenian yang banyak digemari oleh mayoritas suku jawa ketika itu adalah pagelaran wayang. Dalam seni suara, Para wali tampaknya tidak ketinggalan untuk menggubah lagu-lagu yang bernafaskan Islam sebagai salah satu cara untuk menggugah hati sang pendengarnya sehingga mereka dapat tertarik dengan lirik dan syair yang dilantungkan melalui tarik suara. Sarak adalah unsur pangadakkang (adat dalam bahasa Makassar) yang terakhir diterima dalam kesatuan sistem pangadakkang. Adak dan sara’ selanjutnya berkembang serasi dalam kehidupan kerajaan Gowa. Hal ini dimungkinkan karena dalam sejarah pengislaman Sulawesi Selatan para rajalah yang mula-mula memeluk agama Islam baru kemudian diikuti oleh para pembesar kerajaan dan akhirnya oleh rakyat.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Syahraeni, A. (2014). Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural. Jurnal Adabiyah, 14(1), 1-14. Retrieved from https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/364
Section
Artikel

References

Agus Sunyoto, Sejarah Perjungan Sunan Ampel, Surabaya: LPLI Sunan Ampel, t.th.

Clifford Geertz, The Religion of Java, Chicago: Universitas of Cicago Press, 1976.

Halilintar Latif dalam M. Thoyibi dkk, Sinergi agama dan Budaya Lokal, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003.

Imarah Muhammad, Al-Islami wa-Ta’addudiyah, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattanie dalam judul Islam dan Pluralitas, Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan, Jakarta: Gema Insani, 1999.

Mark R. Woodward (editor) To ward a New Paradigm: Recent Depelompments in Indonesia Islamic Thoughat, diterjemahkan oleh Ihsan Ali-Fauzi dengan judul Jalan Baru Islam, Memetakan Paradigma Muthahir Islam di Indonesia, Cet. I; Bandung: Mizan, 1998.

Nurcholish Madjid, Mencari Akar-akar Islam bagi Pluralisme Modern: Pengalaman Indonesia, Bandung: Mizan, 1998.

Nur Amin Fattah, Metode Dakwah Wali Songo, Pekalongan:T.B. Bahagia, 1981.

Patunruk, Sejarah Gowa, Makassar; Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1993.

Rasdiyanah Amir, Andi, Integrasi Sistem Pangadereng (Adat) dengan Sistem Syariat Sebagai Pandangan Hidup Orang Bugis dalam Lontara Latoa (Desertasi), 1995.

Rasdiyanah Amir, Andi, Bugis Makassar dalam Peta Islamisasi di Indonesia Ujungpandang: IAIN Alauddin, 1982.

Thoyibi M, dkk (editor) Sinergi Agama dan Budaya Lokal, Surakarta: Muhammadyah University Press, 2003.

Zakiyuddin Baidhawy, dkk (editor) Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, Surakarta: Pusat Studi Budaya UNISMUH, 2003.