KARAKTERISTIK PENGGUNA ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER DI KALANGAN GURU KECAMATAN LABAKKANG, KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

  • Firdaus Hamid Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
    (ID)
  • Febyan Rasmin Kotto
  • Priady Wira Prasetia

Abstrak

Sampai saat ini masih ada kesalahan pemahaman terhadap penggunaan antibiotik. Banyak antibiotik digunakan pada infeksi selain bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI angka kematian akibat resistensi antimikroba sampai pada tahun 2014 sebesar 700.000 per tahun. Resistensi dapat menyebabkan infeksi lebih sulit diobati, oleh karena itu penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di kalangan guru Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan menggunakan data primer (kuesioner). Terdapat 236 sampel guru yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. 185 orang (78,4%) pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Pengguna antibiotik tanpa resep dokter paling banyak dengan keluhan utama  demam 47 orang (25,4%), jenis antibiotik adalah golongan penisilin 113 orang (61,1%), lama pemakaian < 3 hari 132 orang (71,4%), mendapatkan informasi dari keluarga 71 orang (38,4%), tempat membeli di apotik 146 orang (78,9%), dan 161 orang (87%) menjawab bukan masalah ekonomi, alasan menggunakan antibiotik tanpa resep sebanyak 137 orang (74,1%) menjawab pengobatan terdahulu memberi hasil yang baik dan 125 orang (67,6%) menjawab tidak meminum antibiotik sampai habis, yang memiliki persediaan antibiotik sewaktu-waktu 98 orang (53%). Tingkat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter responden cukuptinggi. Masih banyak responden yang belum memahami dengan baik kegunaan/ indikasi antibiotik yang mereka gunakan.

Diterbitkan
2020-09-14
Bagian
Artikel
Abstrak viewed = 463 times