MENIMBANG TEORI LATHĀIF UNTUK PERBAIKAN KARAKTER DALAM TAREKAT NAQSYABANDIYAH
Abstract
Abstrak
Tulisan ini secara singkat akan menyorot teori dan struktur lathāif dalam Tarekat Naqsyabandi. Tulisan ini dipandang penting karena bisa menjadi tawaran salah satu solusi bagi pembinaan karakter dalam dunia pendidikan kita di Indonesia. Diketahui bahwa tarekat Naqsyabandi merupakan salah satu tarekat yang titik tekannya adalah akhlak, yang dalam tasawuf disebut dengan Tasawuf Amali. Lathāif dalam tarekat ini sebagai media untuk membina dan memperbaiki karakter tersebut. Caranya dengan mengontemplasikan kalimat atau ayat tertentu ke arah/tempat latif itu berada. Meski banyak sufi yang sudah menulis tentang interiosasi batin ini dengan sedikit perbedaan, tapi dari sejumlah tarekat yang ada, hanya di Tarekat Naqsyabandiy yang merumuskan interiosasi batin yang disebut dengan latifah ini dengan secara tegas dan jelas. Latifah inilah yang menjadi sasaran obyek dzikir dalam tarekat ini.
Abstract
This paper will briefly highlight the theory and structure of lathāif in the Naqshbandi Order. This paper is considered important because it can offer a solution for character building in our education in Indonesia. It is known that the Naqshbandi Order is one of the orders whose emphasis is on morality, which in Sufism is called Amali Sufism. Lathaif in this order as a medium to foster and improve this character. The trick is to contemplate certain sentences or verses in the direction/place of the lative. Although many Sufis have written about this inner internalization with slight differences, from a number of existing order, only the Naqshbandiy Order has clearly and clearly formulated this inner innerization called latifah. Latifah is the object of dhikr in this order.
Downloads
References
Adlina, A. U. (2012). Mystical experience from religious community of qadiriyah wa naqsyabandiyah dawe kudus. Analisa Journal of Social Science and Religion, 19(1), 37–54.
Akhyar, T. (2013). Esensi sumber daya manusia. Wardah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, 14(1), 35–44.
Amstrong, A. (1955). Sufi terminology, the mystical language of Islam. Malaysia: A.S. Noordeen.
Anghelescu, N. (2011). From lexical to grammatical: Nafs and other identifiers. In In the shadow of Arabic: The centrality of language to Arabic culture (pp. 71–100). BRILL.
Anieg, M. (2017). Merasakan tasawuf. Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 3(1), 19. https://doi.org/10.21580/wa.v3i1.870
Ansari, Z. A. (2006). Qur anic concepts of human psyche. Adam Publishers.
Asia, S. (n.d.). Naqshbandi sufi order.
Ayouch, S. (2010). La passion de Husayn Mansûr Al-Hallaj. Topique, (4), 133–147.
Aziz, A. A. (2013). Rekonstruksi metodologi ilmu tasawuf di PTAI. Jurnal Intelegensia, 1(1).
Bariah, K. (2014). Tradisi khataman tarekat naqsyabandiyah pada masyarakat desa Laksamana kecamatan Sabak Auh kabupaten Siak. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Budiyanto, A. (2018). Tentang realitas dari segala sesuatu. Jurnal Filsafat, 28(1), 1–24.
Cordt, H. (1977). Die sitzungen des ala’ad-dawla as-simnani. Juris.
Haris, M. (2013). Spiritualitas Islam dalam trilogi kosmos. Ulumuna, 17(2), 323–346.
Hartono, L. A. (2007). Kesehatan masyarakat stres dan stroke. Yogyakarta: Kanisius.
Harvat, A. (2004). Sufi cosmology and psychology. Sufi Psychology.
Hermansen, M. K. (1988). Shāh Walī Allāh’s Theory of the Subtle Spiritual Centers (Laṭāʾif): A Sufi Model of Personhood and Self-Transformation. Journal of Near Eastern Studies, 47(1), 1–25.
Hidayat, K. (2008). Psikologi ibadah. Jakarta: Serambi.
Howell, J. D. (2002). Seeking sufism in global city: Indonesia’s cosmopolitan muslims and depth spirituality. In Paper to be Presented at Symposium,“Islam in Southeast Asia and China: Regional Faithlines ad Faultlines in Global Ummah (Vol. 28).
Howell, J. D. (2010). Sufism in the modern world. Focus On’essay for the Oxford Islamic Studies On-Line (OISO) Digital Resource.
Kamada, S. (1995). Telaah atas istilah “Sirr” dalam teori-teori lathaif shufi. Al Hikmah Jurnal Studi-Studi Islam, No. 14, Vol. VI.
Marcia, K. (1982). Shah wali Allah of Delhi’s arrangement of the subtle spiritual centres (Lathaif). Studies in Islam, 19, 137.
Metzner, R. (1988). On getting to know one’s inner enemy: Transformational perspectives on the conflict of good and evil. Human Survival and Consciousness Evolution, 36.
Nasution, H. (1990). Thoriqot qodiriyyah naqsabandiyyah. Institut Islam Lathifah Mubarokkiyah (IAILM).
Nawawi, P. I. (2017). Amalan thariqah an-naqsabandiyah al-khalidiyah dan pengaruhnya terhadap pengembangan nilai-nilai spiritual jamaah di desa ngombak kecamatan Kedungjati kabupaten Grobogan tahun 2017.
Rahmah, N. (2012). Naskah ilmu segala rahasia yang ajaib kontemplasi tarekat naqsyabandiyah dan pembangunan karakter. Jurnal Lektur Keagamaan, 10(1), 75–106.
Riswanto, M. C. (2015). Pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat qadiriyyah wa naqsyabandiyyah di pondok pesantren suryabuana dusun balak desa Losari kecamatan Pakis kabupaten Magelang tahun 2015. IAIN Salatiga.
Rohmana, J. A. (2015). Sastra sufistik melayu dan sunda di nusantara: Mempertemukan Hamzah Fansuri dan Haji Hasan Mustapa. IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya, 13(1), 1–27.
Selim, N. (2015). 9. Sufi body practices and therapeutic politics in Berlin. Somatisierung Des Religiösen: Empirische Studien Zum Rezenten Religiösen Heilungs-Und Therapiemarkt, 237.
Shulthoni, M., & Puspitasari, D. (2012). Bisnis kaum santri: Studi tentang kegiatan bisnis komunitas tarekat qadiriyah naqsyabandiyah Pekalongan. Jurnal Penelitian, 8(1).
Siregar, S. (2018). Pola pemahaman keagamaan masyarakat simpang empat pasaman barat (Studi terhadap aliran haqqul yaqin tarekat naqsabandiyah). FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 4(1), 43–66.
Tritton, A. S. (1971). Man, nafs, rūḥ,’aql. Bulletin of the School of Oriental and African Studies, 34(3), 491–495.
Vandestra, M. (2017). Terapi kesehatan jiwa & mental dalam Islam. Jakarta: Dragon Promedia.
Zabidi, M. M., & Zabidi, A. F. M. (2017). Pengukuhan pandangan alam berpaksikan Tauhid: Iktibar dari Al-Lathaif Imam Al-Razi.
Zubaidin, H. M. M. (2007). The power of dzikir: Terapi dzikir untuk kesembuhan dan ketenangan. Klaten: Image Press.
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).