KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA BALITA 0-59 BULAN DI DESA PRIORITAS STUNTING
Abstract
Data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir mencatat bahwa prevalensi stunting mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi stunting di Sumatera Utara tahun 2017 (Data PSG) adalah 28,4%. Artinya Sumatera Utara masih dalam kondisi bermasalah kesehatan masyarakat. Prevalensi stunting tertinggi di Sumatera Utara tersebar di 4 Kabupaten/Kota yaitu Langkat, Padang Lawas, Nias Utara dan Gunung Sitoli. Langkat adalah kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu 54.961 jiwa pada tahun 2013 atau sekitar 55,48% dibandingkan dengan Padang Lawas yang prevalensi stuntingnya 54,86%, Nias Utara 54,83% dan Gunung Sitoli 52,32% . Guna menurunkan prevalensi stunting dibawah 25%, pemerintah telah menetapkan 160 Kabupaten/kota prioritas dengan masing-masing 10 desa untuk penanganan stunting. Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balita, namun karena balita sangat tergantung pada ibu/keluarga maka kondisi keluarga dan lingkungan yang mempengaruhi keluarga akan berdampak pada status gizinya. Oleh karena itu perlu untuk mengkaji bagaimana ketahanan pangan rumah tangga Balita 0-59 bulan di desa Secanggang sebagai desa priorotas stunting. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dengan jumlah balita 0-59 bulan adalah 134 orang. Besaran sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 45 orang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung. Data stunting diperoleh menggunakan indikator TB/U dan ketahanan pangan diukur menggunakan USHFSS. Analisis data dilakukan bertahap meliputi analisis univariat dan bivariat (chi square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari rumah tangga (RT) responden telah mengalami tidak aman pangan (55,6%). Sebanyak 15 balita stunting (60,0%) ditemukan pada rumah tangga dengan kategori ketahanan pangan yang tidak aman pangan. Penelitian menyimpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga memiliki hubungan yang signifikans dengan kejadian stunting pada balita 0-59 bulan.
ABSTRACT
Nutritional Status Monitoring Data (PSG) over the past three years noted that the prevalence of stunting has increased from 2016 at 27.5% to 29.6% in 2017. The stunting prevalence in North Sumatra in 2017 (PSG Data) is 28.4% . This means that North Sumatra is still in a state of public health problems. The highest stunting prevalence in North Sumatra is spread in 4 districts / cities, namely Langkat, Padang Lawas, North Nias and Gunung Sitoli. Langkat is the district with the highest prevalence of stunting, which was 54,961 people in 2013 or around 55.48% compared to Padang Lawas, where the prevalence of stunting was 54.86%, North Nias 54.83% and Gunung Sitoli 52.32%. In order to reduce stunting prevalence below 25%, the government has set 160 priority districts / cities with 10 villages each for stunting treatment. Many factors cause stunting in infants, but because toddlers are very dependent on mother / family, family and environmental conditions that affect the family will have an impact on their nutritional status. Therefore it is necessary to examine how food security for under-five households in 0-59 months in the village of Secanggang as a priority village of stunting. The study used a cross sectional approach carried out in the village of Secanggang, Secanggang Subdistrict, Langkat District with 134 people under the age of 0-59 months. The sample size is calculated using the Slovin formula and the number of samples obtained is 45 people. The data used are primary data obtained through interviews and direct measurements. Stunting data were obtained using the TB / U indicator and food security was measured using USHFSS. Data analysis was carried out in stages including univariate and bivariate analysis (chi square). The results showed that some of the respondents (RT) had experienced food insecurity (55.6%). A total of 15 stunting toddlers (60.0%) were found in households in the category of food insecurity. The study concluded that household food security has a significant relationship with the incidence of stunting in infants 0-59 months.
Downloads
References
Adriani M., Wirjatmadi B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
BPS Kabupaten Langkat. (2018). Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Langkat 2018. Langkat: BPS.,
Fentiana, N., Sinarsih, S. (2018). Prevalensi Stunting Balita di Medan-Indonesia Akibat Defisiensi Asupan Energi: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Masyarakat Khatulistiwa, JKMK 5 (1), 8-14.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Laporan Riskesdas 2007. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Laporan Riskesdas 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan. (2017). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Masrin, P, Y., Aprilia V., (2014). Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berhubungan Dengan Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 2 (3), 103-115.
Menteri dalam Negeri RI. (2018). Instruksi Mendagri No.440/1959/SJ tahun 2018. Jakarta: Menteri Dalam Negeri, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah.
Tim Nasional Percepatan Kemiskinan. (2018). 160 Kabupaten/Kota Prioritas Dengan Masing-masing 10 Desa Untuk Penanganan Stunting (Kerdil). Jakarta: Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Trihono dkk. (2015). Pendek (stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Utama N, H, Sisca D. (2015). Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia Dibawah Dua Tahun (Baduta) di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Jawa Barat. Jurnal Persegi, 38 (2), 105-114.
Copyright (c) 2019 Jurnal Kesehatan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.