Intratekstualitas Al-Qur'an: Analisis Konsep Munasabah Al-Qur'an dalam Pandangan Said Hawwa

  • Kamridah Universitas Islam Negeri Datokarama Palu, Indonesia
    (ID)
  • Makmur Harun Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia
    (MY)
  • Istnan Hidayatullah Universitas Islam Negeri Datokarama Palu, Indonesia
    (ID)
  • Saude Universitas Islam Negeri Datokarama Palu, Indonesia
    (ID)
Keywords: Intratekstualitas Munasabah, Said Hawwa

Abstract

Pengetahuan sebagian mufassir terhadap urgensi ilmu munasabat al-Qur'an dewasa ini, masih tergolong rendah. Padahal ayat-ayat al-Qur'an merupakan satu kesatuan yang utuh. Ilmu munasabat sebagai salah satu perangkat ilmu tafsir akan sangat membantu dalam menyikapi ayat-ayat al-Qur'an. Munasabat al-Qur'an yang dimaksud di sini adalah korelasi berbagai ayat atau surah dengan ayat atau surah yang lain dalam al-Qur'an. Korelasi ini terjadi karena adanya hubungan atau persesuaian antara makna umum dan khusus, atau hubungan pertalian (talazun), seperti hubungan dengan sebab akibatnya, illat dan ma’lumnya atau antara dua hal yang sama maupun antara dua hal yang kontradiksi. Para ulama sering membicarakan tentang munasabat sehingga lahir beberapa konsep seperti al-thiwal, al-miin, dan al-mufashshal. Namun demikian tidak seorangpun dari mereka menurut Said Hawwa, yang membicarakan tentang munasabat secara sempurna dan mencakup.

Di zaman Said Hawwa banyak muncul berbagai pertanyaan tentang hubungan antara berbagai ayat dan surah dalam al-Qur'an. Pertanyaan ini kemudian dicoba dielaborasi oleh Said Hawwa dalam kitabnya. Dan terbukti bahwa pembahasan tentang munasabat ini memunculkan uraian-uraian baru terhadap kajian-kajian yang sudah ada sebelumnya. Kitab al-asas fi tafsir tergolong sebagai kitab tafsir modern. Didalamnya ditemukan berbagai model-model munasabah seperti: a) munasabat kalimat dengan kalimat dalam satu ayat; b) munasaba ayat dengan ayat dalam satu surah; c). munasabah surah dengan surah yang lain dalam al-Qur'an. Sumbangan beliau dalam ilmu munasabat menunjukkan kemampuannya dalam melihat keseluruhan ayat-ayat al-Qur'an yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Uraian-uraian beliau sekaligus menepis anggapan bahwa berbagai ayat dalam al-Qur'an tidak memiliki relevansi dan keterkaitan baik dari segi makna maupun dari sehi bahasa.

Said Hawwa dalam komentarnya menyatakan bahwa para ulama umumnya memahami al-Qur'an secara tekstual saja sehingga mereka tidak dapat memberikan pemahaman yang syamil (komprehensif) terhadap ayat-ayat yang tersebar diberbagai surah dalam al-Qur'an. Dua hal yang harus dicermati oleh para mufasir bahwa ketika mereka ingin mendekati (menafsirkan) al-Qur'an yaitu: pertama sebagai mufassir penafsiran dan penjelasan yang dilakukan harus dituangkan dalam bentuk kitab. Kedua, untuk mewujudkan tujuan tersebut maka mufassir harus memiliki usaha khusus (kreativitas) termaasuk kemampuannya dalam menelusuri ratusan halaman dari literatur-literatur tafsir yang sudah ada sebelumnya. Penulis dalam hal ini mencoba untuk menampakkan keunggulan-keunggulan al-Asas fi al-tafsir yang kaya dengan data-data historis yang banyak mengacu pada berbagai karya atau kitab tafsir yang membahas tentang munasabah yang ada sebelumnya, tetapi tetap memunculkan penafsiran-penaafsiran yang berbeda.

References

Al-Ansary, Ibn Mansur Jamaluddin Mahmud Ibn Mukram. Lisan al-Arab, Juz II (t.t: Dar al-Misriyah li Ta’lif Wa al-Tarjamah, t.th), h. 235.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Semarang: Toha Putra, 2006.

Hawwa, Said. al Asas fi al-Tafsir, jilid I Kairo: Dar al-Salam, 2014.

_________. al-Asas fi al-Tafsir, Juz II Cet. IV; Dar al-Salam, 2014.

_________. al-Mustakhlash fi Taskiyah Anfus diterjemahkan Said Hawwa alam buku “Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu” Cet. I; t.tp: Rabbani, 2003.

Ibn Zakariyah, Abu al-Husain Ahmad Ibn Faris. Mu’jam al-Lugah, Juz V (t.tp: Dar al-Fikr, t.th.

Jamaluddin Abd al-Rahman Ibn Abu bakar al-Sayuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur'an, Juz I Mesir: Mustafah al-babiy al-Halabiy Wa Auladuh, t.th.

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Muadhudi atas Pelbagai Persoalan Umat Cet. III; Badung: Mizan, 2003.

Al-Qathan, Manna. Mabahis fi Ulum al-Qur’an Cet. III; Beirut: Mansyurat Li al-Ashr al-Hadis, 2003.

Ash-Shiddiqy, M. Hasbi. Ilmu-ilmu al-Qur’an, Media-Media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur’an Cet. III; Jakarta Bulan Bintang, 2015.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an nCet. XVII; Bandung: Mizan, 1998.

Al- Suyuti, Abd. Rahman Jalaluddin. Tanasuq al-Durar fi Tanasub al-Suwar (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.

Al-Syatibi, Abu Ishaq. al-Muwafaqat, jIlid II Cet. II, Dar al-Ma’rifah; Beirut: 1999.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 2000), h. 449.

Al-Zahabiy, Muhammad Husaen. Israiliyat fi al-Tafsir wa al-Hadis Cet. IV: Kairo: Maktabah Wahbab, 2005.

Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah. al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, Juz I Kairo: dar Ihya Ulum al-Kutub al-Arabiyah, 2000.

Al-Zawiy, al-Tahith Ahmad. al-Qamus al-Muhit Ala Thariq al-Misbah al-Munir Wa Asas al-Balaghah, Juz IV Cet. III; Beirut: Dar al-Fikr, t.th.

Published
2024-08-31
How to Cite
Kamridah , K., Harun, M., Hidayatullah, I., & Saude. (2024). Intratekstualitas Al-Qur’an: Analisis Konsep Munasabah Al-Qur’an dalam Pandangan Said Hawwa. Jurnal Diskursus Islam, 12(2), 279-297. https://doi.org/10.24252/jdi.v12i2.52192
Section
Artikel
Abstract viewed = 55 times