FIGURATIVE LANGUAGE IN POETIC GOENAWAN MOHAMAD’S CATATAN PINGGIR
Abstrak
Abstract
Catatan Pinggir is one of essay forms which belong to journalistic writing. The objectives of the study are to describe the linguistic pattern used by Goenawan Mohamad in Catatan Pinggir that creates a certain kind of poetic language and to describe the poetic language in Catatan Pinggir. The sample is derived from various collections of Goenawan Mohamad’s Catatan Pinggir 2 which was published in Tempo magazine. It consists of five essays, namely, Dari 17 Oktober, Gajah Amerika, 1,600 Bangau, Politik sebagai Panglima, and Ming. The result shows that the linguistic patterns appear in each essay of Goenawan Mohamad’s Catatan Pinggir. The study of Catatan Pinggir proves that the most various linguistic pattern using concrete word in each essay, then imaginative, suggestive, semantic deviation and register, respectively. While the most various poetic language used comparison, personification, hyperbola, metaphor, synecdoche and irony, respectively.This proves that author in presenting news fact in Catatan Pinggir is more positioning himself as a literary man than as a journalist.
Abstrak
Catatan Pinggir merupakan salah satu bentuk esai yang masuk dalam kategori penulisan jurnalistik.Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pola linguistik yang digunakan oleh Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir yang menciptakan satu jenis bahasa puitis yang secara estika menjadikan karya ini menjadi satu kesatuan artistik secara menyeluruh/terpadu.Penelitian ini bersifat deskriptif dan kualitatif menggunakan pendekatan berbasis bahasa dan jurnalistik sastra. Sample diperoleh dari berbagai kumpulan Catatan Pinggir 2 Goenawan Mohammad yang dipublikasikan dalam majalah Tempo. Sampel tersebut terdiri dari lima yakni dari 17 Oktober, Gajah Amerika, 1,600 Bangau, Politik Sebagai Panglima dan Ming. Hasil menunjukkan bahwa pola linguistik tampak terbentuk di setiap esainy tersebut.Penelitian Catatan Pinggir yang menggunakan linguistic-based approach membuktikan bahwa pola linguistik terbanyak digunakan adalah kata kongkrit dalam setiap esai, kemudian imajinasi, sugestif, penyimpangan semantik dan register, secara berurutan. Sementara penggunaan terbanyak bahasa puitik adalah komparasi, personifikasi, hiperbola, metapora, sinekdot and ironi, secara berurutan.Ini terbukti bahwa penulis dalam menunjukkan fakta-fakta berita melalui Catatan Pinggir lebih memposisikan dirinya sebagai seorang penyair dibandingkan sebagai seorang jurnalis.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Arge, Rahman. 1986. Proses Penulisan Esai. Makalah disajikan dalam seminar Bulan Bahasa Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Blair, Molly. 2006. Putting the storytelling back into stories: Creative Non-Fiction in tertiary journalism education.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Kleden, Ignas. 1989. “Pengantar” Catatan Pinggir 2. Jakarta: Grafitti Pers.
Kovach, Bill dan Tom Rosentiel. 2007. The Elements of Journalism. Random House Inc.
Mohamad, Goenawan. 2007. Seandainya Saya Wartawan Tempo (Revision Edition). Jakarta: Institut Tempo.
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.
Sareb Putra, R. Masri. 2010. Literary Journalism, Jurnalistik Sastrawi. Jakarta: Salemba Humanika.
Santana, Kurnia, Septiawan. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Ikrar Madani.
Wolfe, Tom 1972. The Birth of The New Journalism: Eyewittness Report by Tom Wolfe. February 14, issue of New York Magazine.
Once an article was published in the journal, the author(s) are:
granted to the journal right licensed under Creative Commons License Attribution that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship.
permitted to publish their work online in third parties as it can lead wider dissemination of the work.
continue to be the copyright owner and allow the journal to publish the article with the CC BY-NC-SA 4.0 license
receiving a DOI (Digital Object Identifier) of the work.