Implikasi Neo-Documentalist pada Perkembangan Kurikulum Ilmu Perpustakaan
Abstract
Penelitian ini membahas tentang Gerakan Dokumentasi Baru atau neo-
documentalist yang dimulai dari Amerika Serikat dan Eropa Barat mulai
mengubah peta keilmuan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Gerakan yang
berupaya merevitalisasi konsep dokumen tersebut menggali konsepsi dasar
keilmuan dalam bidang Ilmu Perpustakaan. Pemahaman keilmuan yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan dokumen pustaka, perlahan mulai dikaji
kembali dengan pendekatan baru yaitu pendekatan neo-documentalist yang lebih
menekankan dokumen dari sisi fungsi bukan format. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pendekatan yang pada ranah praktis menyebabkan urgensi konvergensi
lembaga dokumenter seperti perpustakaan, lembaga kearsipan, dan museum,
pada akhirnya juga berimbas pada tataran konseptual keilmuan. Seperti halnya
pada ranah praktis yang memperluas objek garap lembaga dokumentasi yang
semula hanya berfokus pada dokumen pustaka menjadi segala hal yang
menjalankan fungsi dokumen. Demikian pula halnya pada ranah konseptual
teoretis, yang lebih menekankan teori dokumen sebagai fokus dari keberadaan
dokumen. Perkembangan kajian baik pada ranah praktis maupun teoretis
tersebut memiliki implikasi yang kuat pada perkembangan kurikulum ilmu
perpustakaan dan informasi, yang memerlukan rangkaian interdisiplin baru, yaitu
dokumentasi, perpustakaan dan informasi. Selain itu, implikasi neo-documentalist
juga memberi tantangan baru menuju levelitas baru, dengan menempatkan
dokumen sebagai pusat dari pembelajaran multidisiplin.
Downloads
References
Briet, S. (1951). What is documentation? R. E. Day, L. Martinet, & H. G. B. Anghelescu (Ed.& Trans.). Paris.
Buckland, M. K., & Lund, N. W. (2013). Boyd Rayward (Ed.), Documentation, and information science. Library Trends, 62(2), 302–310.
Buckland, M. K. (2013). Document Theory: An Introduction. Preprint, Nov 7, 2013. Presentated at the Summer School on Records, Archives, and Memory Studies, University of Zadar, Department of Information Sciences, Zadar, Croatia, 6–10 Mei.
Lund, N.W. (2007). Building a discipline, creating a profession: An essay on the childhood of “dokvit”. In Roswitha Skare, Niels Windfeld Lund, & Andreas Varheim
(Eds.), Document (re)turn. Contributions from a research field in transition (pp. 11–26). Frankfurt am Main: Peter Lang.
Lund, N.W. (2010). Document, text and medium: Concepts, theories, and disciplines. Journal of Documentation, 66(5), 734–749.
Lund, N.W. (2023). "Does a name make a difference? The neo documentalist movement, where does it stand after 27 years 1996-2023". Journal of Documentation. DOI: 10.1108/JD-04-2023-0070
Manfroid, S., Gillen, J., & Phillips-Batoma, P.M. (2013). The archives of Paul Otlet: Between appreciation and rediscovery, 1944–2013. Library Trends, 62(2), 311–328.
Marty, P.F. (2014). Digital Convergence and the information profession in cultural heritage organizations: Reconciling internal and external demands. Library Trends, 62(3), 612–627.
Rayward, W.B., Hansson, J., Suominen, V. (eds.). (2004). Aware and Responsible: Papers of the Nordic-International Colloquium on Social and Cultural Awareness and
Responsibility in Library, Information and Documentation Studies. Lanham, MD: Scarecrow Press. (pp. 71–91)
Sudarsono, B. (2016). Menuju Era Baru Dokumentasi. LIPI Press.
Sudarsono, B. (2018). Cerita Tentang Pustakawan dan Kepustakawanan. Perpustakaan Nasional RI.
Wright, A. (2014). Cataloging the world: Paul Otlet and the birth of the information age. New York: Oxford University Press.
By submitting your manuscript to our journal, you are following Copyright and License