From the Green Gold to the Tourism Goals (Geopolitik Global dan Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Selayar, Sulawesi Selatan)

  • Slamet Riadi Pascasarjana Antropologi UGM
    (ID)

Abstract

Perkembangan pariwisata di Indonesia dan Kabupaten Kepulauan Selayar pada khususnya, telah membawa perubahan besar bagi masyarakat yang berlokasi di sekitar wilayah pengembangan pariwisata. Jika ditelisik secara historis, di era 1900an Selayar pernah menjadi pusat dan pintu perdagangan kopra di masanya. Kondisi sosialekonomi Selayar di tahun 1900an, telah banyak berubah, seiring dengan dicanangkannya Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, dalam aspek pariwisata. Oleh sebab itu, artikel ini bermaksud untuk melihat dan menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat di Kepulauan Selayar, dari dulunya berkecimpun sebagai pengusaha kopra dan sekarang beralih pada pengembangan pariwisata. Penelitian ini berlansung selama bulan januari tahun 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di masa produksi kopra yang begitu massif, kelapa menjadi komoditi yang disembah bagi masyarakat Selayar dan memiliki makna simbolik sebagai penanda status sosial masyarakat. Sedangkan, pada masa berkembangnya pariwisata juga berlaku demikian. Pariwisata dilihat sebagai satu-satunya jalan keluar untuk hidup yang lebih baik.

References

Ahmadin, 2016, Nusa selayar: sejarah dan kebudayaan masyarakat di kawasan timur nusantara. Makassar; Raihan Intermedia.

Anievas dan Nisancioglu, 2015, How the west came to rule: the geopolitical origins of capitalism. London; Pluto press.

Antlov and Svensson, ‘From rural home weavers to factory labour: the industrialization of textile manufacturing in Majalaya’, in: Alexander, Boomgaard, and White (eds), 1991, In the shadow of agriculture: non-farm activities in javanese economy, past and present. Amsterdam.

Asba Rasyid, 2006, Integrasi ekspor kopra Makassar diantara kontinuitas dan diskontinuitas. Makara sosial humaniora, vol.10 (no.2), pp. 58-69.

Djamal Fauzan, ‘Pengembangan ekonomi masyarakat di papua’, in: Nugroho, Dwipayana, dkk, 2017. Potret politik dan ekonomi lokal di Indonesia: dinamika demokratisasi, pengembangan ekonomi, dan kawasan pedesaan. Yogyakarta; IRE.

Eng v.d. Pierre, 1996, Agricultural growth in Indonesia: productivity change and policy impact since 1880. London.

Ilyas F. Husnul, 2014, Islamisasi Selayar abad ke XV. Jurnal lektur keagamaan. Vol.12 (no.1), pp.105-126.

Judisseno, 2015, Destination strategies in tourist development in Indonesia, 1945-2014: problems of bali centredness. Disertasi, College of Arts, Victoria University.

Levy Stanley, 1957, Agriculture and economic development in Indonesia, Economic Botany, vol.11 (no.1), pp.3-39.

Marx Karl, 1887, Capital: A critique of political economy, Moscow; Progress publisher.

Mihajlovic dan Concul, 2016, Changes in consumer behaviour – the challenges for providers of tourist services in the destination. Economic ResearchEkonomska Istraživanja, vol.29 (no.1), pp.914-937.

Nugroho, Dwipayana, dkk, 2017. Potret politik dan ekonomi lokal di Indonesia: dinamika demokratisasi, pengembangan ekonomi, dan kawasan pedesaan. Yogyakarta; IRE.

Poelinggomang L. Edward, 2016, Makassar abad XIX: studi tentang kebijakan perdagangan maritik. Jakarta; PT. Gramedia.

Polanyi Karl, 2001, The Great Transformation: the political and economic origins of our time. USA; Beacon Press books.

Semedi Pujo, 2005, Depletion of the java sea’s fish stock, 1860’s-1990’s. Humaniora vol.17 (no.1), pp.1-16.

Waterson Roxana, 2003, Review: Dependence on green gold: a social economic history of the Indonesian coconut island selayar by Christiaan Heersink, Journal of social issues southeast asia. Vol.18 (no.1), pp.160-163.

Wolf Eric, 2010, Europe and The People Without History, London: University of California Press.

jurnalpatrolinews.com/tertanggal 5 Februari 2013, diakses pada tanggal 12 April 2018.

Published
2018-12-30
Abstract viewed = 337 times