AKULTURASI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL DALAM TRADISI MOLONTHALO DI GORONTALO
Abstract
Artikel ini adalah studi sosio religius terhadap akulturasi Islam dengan budaya lokal dengan fokus penelitian pada tradisi molonthalo di Gorontalo. Penelitian ini mengkaji melalui tiga pendekatan: fenomenologi, sosio-etnografi, dan antropologi. Oleh karena penelitian artikel ini merupakan penelitian studi kasus (case study), maka pada dasarnya penelitian ini bersifat eksplanatoris. Studi tentang tradisi molonthalo dalam masyarakat Gorontalo sebagai bagian dan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari Islam yang menjadi mayoritas di dalamnya. Kehadiran Islam pada wilayah tertentu melibatkan konstruksi lokal dalam membangun Islam sebagaimana yang ada saat ini. Berbagai medan budaya yang diwarnai ataupun disentuhkan dengan Islam sesungguhnya berorientasi secara konseptual untuk memperoleh "berkah" sebagai suatu yang sakral, mistis, dan magis. Eksplorasi terhadap ritus molonthalo pada masyarakat Gorontalo mengisyaratkan adanya kesadaran kolektif untuk mengejar keberkahan tersebut melalui ekspresi dan emosi keagamaan yang kesadaran diri yang terdalam serta dibarengi dengan lokalitas yang membentuk dan mempengaruhi cipta, rasa, dan karsa mereka. Sebagai ritus yang mengupacarakan kehamilan seorang ibu di usia kandungan tujuh bulan, kesadaran kolektif yang muncul adalah bahwa hidup ini harus terus berjalan dinamis seiring dengan upaya mencapai kesadaran tertiuggi untuk keselamatan mereka di dunia dan akhirat. Tradisi molonthalo membuktikan bahwa Islam mewakili contoh dari semua agama yang secara empirik telah ikut mempengaruhi, bahkan membentuk struktur dimensi kehidupan manusia secara sosial dan budaya.ABSTRACT
This article is a social and religious study of Islam acculturation with local culture by focusing on Molonthalo ritual in Gorontalo. This research employs three approaches: phenomenology, social- ethnography, and anthropology. This research is a case study so that basically the research is an explanatory. Study of Molonthalo ritual in Gorontalo as part of national culture cannot be separated from Islam's influence as majority religion. The presence of Islam in a certain place involves local construction in establishing Islam as existing now. Islam interplay with various cultural terrains is basically conceptually oriented to obtain a blessing as something sacred, mystic, and magic. The exploration of Molonthalo ritual annunciates the existence of collective awareness to seek the blessing through the religious expression and emotion that are a deep self-awareness and coupled with the locality that shaping and influencing their creativity, taste, and intention. As a ritual celebrating the age of seven months womb of a pregnant women, the collective awareness that might appears is that life has to run dynamic in line with efforts to obtain the highest awareness for their safety in world and here after. Molonthalo ritual proves that Islam is an instance from all religions that empirically has played pivotal role in influencing, even constructing the dimension of human's life socially and culturally.
References
Perwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000.
Basrowi, Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Liliweri, Alo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: LkiS Pelangi Aksara,2003.
Ihroni, T.O., Antropologi dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2000.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
1) Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
2) Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
3)Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).