DISKURSUS PEMBATASAN KEKUASAAN PRESIDEN DALAM SISTEM PRESIDENSIAL MENURUT UUD 1945
Abstract
Sistem presidensial yang dianut oleh Indonesia idealnya memberikan kekuasaan yang luas bagi presiden untuk melaksakan tugas-tugas eksekutifnya. Kekuasaan tersebut tidak dapat dibatasi atau dikurangi tanpa alasan yang bersifat konstitusional. Namun demikian, kekuasaan yang besar tersebut juga tidak dapat digunakan secara semena-mena untuk kepentingan pribadinya. Dua batasan konstitusional yang dapat dijadikan landasan serta dapat dijadikan alasan untuk membatasi kekuasaan eksekutif presiden antara lain adalah batasan hak prerogatif.References
Adnan Buyung dikutip Denny Indrayana, Indonesian Constitutional Reform 1999-2000, An Evaluation of Constitutional Making in Transition, 2009.
Arendt Lijphart dan Giovanni Sartori dikutip Denny Indrayana, Indonesian Constitutional Reform 1999-2000, An Evaluation of Constitutional Making in Transition, h. 279-279.
A.V. Dicey, Introduction to the Study of the Law of the Constitution, Terjemahan oleh Nurhadi, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, Bandung, Nusa Media, 2007.
Bagir Manan, Kekuasaan Prerogatif, Makalah yang dipublikasikan di Bandung, 20 Agustus 1998.
Clement Fatovic, Blurring The Lines: The Continuities Between Executive Power And Prerogative, Maryland Law Review, Vol. 73 No. 15, 2013.
Denny Indrayana, Indonesian Constitutional Reform 1999-2000, An Evaluation of Constitutional Making in Transition, Jakarta, Kompas Book Publishing, 2008.
Hendra Wahanu Prabandani, Batasan Konstitusional Kekuasaan Eksekutif Presiden: Constitutional Limits Of The Presidential Executive Power, Jakarta, Jurnal Legislasi, 2015.
Jasmin Farrier, Legislatif Leader dalam The Powers of the Presidency (4th Edition), CQ Press, Los Angeles California, 2013.
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Penerbit Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI, Jakarata, 2006.
______, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Pembangunan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM pada tanggal 14-18 Juli 2003.
John D. Richard, Separation of Powers: The Canadian Experience, Duquesne Law Review, Vol. 47 No. 731, 2009.
John F. Manning, Separation Of Powers As Ordinary Interpretation, Harvard Law Review, Vol 124 No. 1939, 2011.
Kementerian Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa, 2012.
M. Elizabeth Magill, The Real Separation in Separation of Powers Law, Virginia Law Review, Vol. 86 No. 1127, h. 1163-1164.
Padmo Wahjono (Editor), Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984.
Sri Soemantri Martosoewignjo, Konstitusi Serta Artinya Untuk Negara, Jakarta, Kompas Book Publishing, 2011.
The authors of a work hold the copyright and grant the Al-Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan the right of first publication. The work is also licensed under the Creative Commons Attribution License (CC BY 4.0), which enables others to share the work while acknowledging the authorship and initial publication in the journal. The authors can make separate contractual agreements for the non-exclusive distribution of the published version of the work, such as by posting it to an institutional repository or editing it for a book, with an acknowledgment of its initial publication in this journal. Authors are allowed and encouraged to post their work online, such as in institutional repositories or on their website, before and during the submission process. This can lead to productive exchanges and greater citation of the published work.